Show simple item record

dc.contributor.advisorMARDIJANA, Alif
dc.contributor.advisorHASAN, Muhammad
dc.contributor.authorPUTRI, Diyang Shifa Arista
dc.date.accessioned2019-04-15T08:46:10Z
dc.date.available2019-04-15T08:46:10Z
dc.date.issued2019-04-15
dc.identifier.nim152010101058
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/90509
dc.description.abstractSkizofrenia merupakan penyakit kronis yang berkaitan dengan beban kesehatan, sosial, dan keuangan yang signifikan dan berlangsung lama, tidak hanya untuk pasien itu sendiri tetapi juga untuk keluarga, pengasuh lainnya, dan masyarakat yang lebih luas. Skizofrenia juga merupakan gangguan psikologis yang serius tidak hanya memengaruhi kehidupan mereka tetapi juga keluarganya. Karena skizofrenia cenderung menjadi kronis terjadi penurunan fungsional yang menyebabkan hilangnya fungsi sosial, mengubah pola komunikasi dalam keluarga, mengarah pada kesulitan kerja, dan menempatkan beban dalam keluarga (Talwa & Matheiken, 2010). Pelaku rawat harus menangani gejala pasien, dan membantu pasien dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Pelaku rawat dihadapi beberapa stres termasuk keuangan, struktur keluarga, tuntutan kesehatan fisik dan beberapa hal lainnya. Memberi perawatan dapat membuat stres. Pelaku rawat pasien skizofrenia dan gangguan lainnya mengalami tingkat beban yang tinggi (Talwa & Matheiken, 2010). Penelitian Marimbe et al. (2016) menyatakan bahwa akibat dari beban yang dialami oleh pelaku rawat, 68% pelaku rawat mengalami gangguan mental secara umum. Salah satu masalah yang sering terjadi pada pelaku rawat pasien skizofrenia adalah depresi dan kecemasan. Durasi perawatan pasien skizofrenia berpengaruh terhadap prevalensi timbulnya gejala depresi dan cemas pada pelaku rawat. Talwa dan Matheiken (2010) yang meneliti 50 pasien skizofrenia beserta pelaku rawatnya mendapatkan 66% responden dengan depresi dan cemas pada lama perawatan 17 tahun dan 40% dengan depresi dan cemas pada lama perawatan 9 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian deskripti analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang). Penelitian dilaksanakan di Poliklinik Psikiatri RS PTPN XI Djatiroto, Lumajang. Populasi penelitian ini adalah pelaku rawat pasien terdiagnosis skizofrenia yang menjalani pengobatan rawat jalan di Poliklinik Psikiatri RS PTPN XI Djatiroto Lumajang dan pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode accidental sampling dengan jumlah sampel yaitu 30 orang. Kriteria inklusi sampel meliputi: (1) pelaku rawat pasien skizofrenia rawat jalan ke Poliklinik Psikiatri RS PTPN XI Djatiroto Lumajang, (2) pelaku rawat yang tinggal satu rumah dengan pasien skizofrenia (3) pelaku rawat pasien skizofrenia rawat jalan yang berusia 18 sampai 65 tahun, (4) pelaku rawat pasien yang bersedia menjadi responden, sedangan kriteria eksklusi yang digunakan yaitu: (1) pelaku rawat yang tuli (gangguan pendengaran) dan bisu (gangguan bicara), (2) pelaku rawat yang mengundurkan diri selama penelitian berlangsung, (3) pelaku rawat yang memiliki riwayat depresi sebelumya. Beberapa risiko mungkin akan dialami oleh subyek atau relawan meliputi: psikologis (mental) dan sosial yang akan mempengaruhi prinsip etika penelitian justice (keadilan) akibat intervensi selama penelitian. Dalam melindungi keselamatan dan keamanan subyek penelitian, penilaian risiko secara kualitatif, misalnya rasa cemas atau malu yang diperoleh dari wawancara dapat diantisipasi dengan penjelasan sebelumnya sebagai pencegahan risiko psikologis. Merahasiakan data yang diperoleh dari subyek juga harus dilakukan demi mencegah risiko sosial karena apabila kerahasiaan tidak terlaksana akan ada banyak ancaman yang dialami subyek seperti kehilangan pekerjaan atau diisolasi oleh masyarakat sekitarnya. Peneliti menggunakan data primer yaitu tingkat depresi pelaku rawat yang diperoleh dari wawancara kepada sampel menggunakan kuisioner Hamilton Depression Rating Scale (HDRS). Analisis data menggunakan analisa data univariat (deskriptif) dan bivariat menggunakan uji korelasi Spearman dengan nilai signifikansi p<0,05. Software yang digunakan dalam pengolahan data adalah SPSS Statistics. Hasil dari penelitian ini ditemukan adanya korelasi yang signifikan antara lama merawat pasien skizofrenia dengan tingkat depresi pelaku rawat, dengan kekuatan korelasi sedang (r = 0.4 - 0.6) dan arah korelasi positif artinya jika lama merawat pasien skizofrenia semakin meningkat maka tingkat depresi akan semakin naik pula.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPelaku rawaten_US
dc.subjectSkizofreniaen_US
dc.subjectDepresien_US
dc.subjectKedokteran psikiatrien_US
dc.titleHubungan antara Lama Merawat Pasien Skizofrenia dengan Tingkat Depresi Pelaku Rawat Pasien pada Pasien Rawat Jalan Poli Psikiatri RS PTPN XI Djatiroto Lumajangen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record