Pemanfaatan Limbah Cangkang Kupang (Corbula Faba) Teraktivasi Termal Sebagai Adsorben Logam Kromium (Cr 6+ ) (Studi Pada Limbah Cair Industri Batik Al-Huda Di Kabupaten Sidoarjo)
Abstract
Industri batik merupakan salah satu industri yang menjadi penopang
perekonomian di Indonesia. Proses pembuatan batik tidak terlepas dari adanya
limbah cair. Semakin banyak kain batik yang diproduksi, maka limbah yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi. Limbah cair yang dihasilkan industri batik
mengandung logam berat, salah satunya adalah logam kromium (Cr
6+
). Logam
kromium merupakan logam yang memiliki daya racun tinggi. Bahaya terpapar
kromium dapat mengakibatkan iritasi mata, radang selaput lendir, bronkitis, dan
kanker paru-paru. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meminimalisir
kandungan kromium (Cr
6+
) dalam limbah cair batik. Adsorpsi merupakan salah
satu metode yang umum digunakan dalam mengikat logam berat pada limbah cair
industri tekstil karena ramah lingkungan dan relatif mudah. Kalsium karbonat
(CaCO
3
) merupakan bahan yang sesuai untuk mengikat senyawa toksik berupa
logam berat.
Kupang dapat diolah menjadi berbagai macam olahan makanan seperti
lontong kupang, petis kupang, dan krupuk kupang. Dari berbagai macam olahan
tersebut yang dimanfaatkan hanya dagingnya saja, sedangkan cangkang kupang
dibuang dan menjadi limbah. Di sisi lain cangkang kupang dapat dimanfaatkan
sebagai adsorben dalam menyerap logam berat kromium (Cr
6+
). Cangkang kupang
berpotensi sebagai adsorben karena memiliki kandung kalsium karbonat (CaCO
3
)
yang cukup tinggi yaitu sebesar 98%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh serbuk cangkang kupang sebagai adsorben logam kromium (Cr
6+
) pada
limbah cair batik. Penelitian ini merupakan penelitian True Eksperimental Design dengan
bentuk Posttest Only Control Group Design. Tahap pertama yang dilakukan
adalah membuat serbuk cangkang kupang berukuran 200 mesh, kemudian serbuk
tersebut diaktivasi secara termal dengan suhu 800
o
C selama 6 jam menggunakan
furnace. Limbah cair yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu 12 liter. Limbah
tersebut dibagi menjadi empat kelompok, dimana tiap kelompok terdiri dari 6
replikasi. Kelompok pertama yaitu kelompok kontrol (K), kelompok kedua yaitu
kelompok yang mendapat penambahan serbuk cangkang kupang sebesar 2 gr/0,5
L (P
1
), kelompok ketiga mendapat penambahan serbuk cangkang kupang sebesar
4 gr/0,5 L (P
2
), dan kelompok keempat mendapat penambahan serbuk cangkang
kupang sebesar 6 gr/0,5 L (P
3
). Setiap sampel diaduk dengan kecepatan 360 rpm
menggunakan magnetic stirrer selama 10 menit, kemudian didiamkan selama 110
menit.
Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa kandungan kromium (Cr
6+
) pada
air limbah industri batik melebihi baku mutu yaitu 3,22 mg/L, hal ini disebabkan
karena pihak industri tidak melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
limbah cair dibuang ke lingkungan. Penelitian eksperimen ini memiliki data
berdistribusi normal sekaligus homogen. Hasil uji anova menunjukkan bahwa ada
perbedaan antar kelompok. Kelompok P
3
memiliki tingkat rata-rata penyerapan
yang paling tinggi yaitu 2,00 mg/0,5 L dengan presentase 47,64%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penambahan serbuk cangkang kupang terbukti dapat
mengikat logam kromium (Cr
6+
) pada limbah cair batik. Oleh karena itu, saran
bagi pihak industri adalah menggunakan serbuk cangkang kupang teraktivasi
sebagai bahan adsorben kadar kromium (Cr
6+
) pada limbah cair batik sebelum
dibuang ke lingkungan. Saran bagi penelitian selanjutnya yaitu perlu
mempertimbangkan penambahan massa serbuk cangkang kupang yang sesuai dan
memperhatikan variabel lain seperti pH, kecepatan pengadukan, waktu kontak,
dan konsentrasi logam sehingga diperoleh hasil penyerapan kadar kromium (Cr
6+
)
dibawah baku mutu air limbah (BMAL) yang sudah ditetapkan yaitu 1,0 mg/L.
Selain itu perlu dilakukan uji coba regenerasi serbuk cangkang kupang dengan
metode desorpsi agar bisa dilakukan reuse adsorben.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]