KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YAN DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF PRODUKTIF DAN SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SUB POKOK BAHASAN PENGGUNAAN ALJABAR DI KELAS VII SMP N 1 JEMBER TAHUN AJARAN 2011/2012
Abstract
Pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran
matematika, sehingga hampir di semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
dijumpai penegasan diperlukannya kemampuan pemecahan masalah. Pentingnya
kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika juga tertera pada
pernyataan As’ari (1992:22) bahwa pemecahan masalah merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam pengajaran matematika. Sedangkan gambaran yang tampak dalam
bidang pendidikan di Indonesia selama ini, pembelajaran matematika masih
menekankan pada hafalan-hafalan dan latihan-latihan soal yang bersifat algoritma dan
rutin saja. Hal ini dikarenakan aktivitas pemecahan masalah merupakan aktivitas
mental tingkat tinggi sehingga sulit untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa. Siswono (dalam Warli dan Mansyur, 2008:308) menyebutkan salah
satu penyebab rendahnya kemampuan memecahkan masalah adalah dalam
merencanakan penyelesaian masalah tidak diajarkan strategi-strategi yang bervariasi
atau yang mendorong kemampuan berpikir kreatif untuk menemukan jawaban
masalah. Kemampuan berpikir kreatif mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan
kemampuan pemecahan masalah. Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir
kreatif tidak hanya mampu memecahkan masalah-masalah non rutin, tetapi juga
mampu melihat berbagai alternatif dari pemecahan masalah itu. Salah satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah
model pembelajaran kreatif produktif sehingga memungkinkan meningkatnya
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, sedangkan dewasa ini, model
pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru adalah model pembelajaran
konvensional. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penelitian untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah siswa manakah yang lebih baik antara siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran kreatif produktif dengan siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Pembelajaran matematika merupakan kegiatan belajar mengajar dalam mata
pelajaran matematika. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran (Soekamto dan Winataputra, 1997:78). Model pembelajaran kreatif produktif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa
mengembangkan kreativitasnya untuk menghasilkan produk yang bersumber dari
pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji (Welcome Ceptea, 2008).
Pembelajaran kreatif produktif melalui tahapan (fase) orientasi, ekplorasi,
interpretasi, re-kreasi, dan evaluasi. Menurut Philip R. Wallace (dalam Sunarto,
2009), pembelajaran konvensional merupakan proses pembelajaran yang dilakukan
sebagaimana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya, guru mentransfer
ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima.
Metode pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran konvensional
adalah metode ceramah.
Model pembelajaran kreatif produktif diterapkan di kelas eksperimen, yaitu
kelas VIIA dan model pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol, yaitu
kelas VIIB. Pengambilan kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut dilakukan
dengan sebelumnya melakukan uji homogenitas terhadap populasi penelitian. Karena
diperoleh Fhitung yang lebih kecil dari Ftabel
dengan nilai signifikansi sebesar 0,819
yang lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, maka berdasarkan kriteria pengambilan
keputusan dapat diambil keputusan untuk menerima H0 yang artinya populasi
penelitian mempunyai kemampuan matematika yang sama. Jadi, siswa kelas VII di
SMP N 1 Jember mempunyai kemampuan matematika yang sama sehingga
pengambilan sample dilakukan secara acak dan diputuskan untuk mengambil kelas
VIIA dan kelas VIIB sebagai sample penelitian. Setelah pembelajaran dilaksanakan
di kedua kelas, diberikan tes yang sama, yaitu tes kemampuan pemecahan masalah
matematika yang tervalidasi. Nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah di kelas
eksperimen dan kontrol digunakan sebagai data untuk menguji hipotesis penelitian.
Uji hipotesis penelitian menggunakan SPSS 12.0 For Windows. Berdasarkan pada
kriteria pengambilan keputusan untuk menolak H0 jika thitung lebih besar atau sama
dengan 1,669, maka dengan thitung yang diperoleh sebesar 4,469, H0 ditolak. Jadi,
kesimpulan yang didapat adalah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran kreatif produktif lebih baik daripada kemampuan
pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Kesimpulan dari uji hipotesis penelitian tersebut didukung oleh hasil
observasi dan hasil wawancara. Berdasarkan hasil observasi siswa selama
pembelajaran diketahui bahwa rata-rata persentase keaktivan siswa di kelas
eksperimen berkategori sangat aktif. Sedangkan di kelas kontrol, rata-rata persentase
keaktivan siswa berkategori cukup aktif sehingga siswa di kelas eksperimen lebih
aktif daripada siswa di kelas kontrol. Pada hasil wawancara dengan guru bidang studi
matematika kelas VII maupun dengan siswa menunjukkan respon yang positif
terhadap pembelajaran yang berlangsung di kelas eksperimen.