Pengaruh Diabetes Mellitus Tipe 2 terhadap Fungsi Ginjal pada Pasien Benign Prostatic Hyperplasia
Abstract
Benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan kelainan histologis khas berupa
proliferasi sel stroma dan sel epitel prostat yang menyebabkan pembesaran prostat.
Pembesaran prostat yang terjadi dapat menghambat aliran urin dan terjadi refluks
vesika ureter sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Diabetes mellitus dapat
memperburuk perjalanan klinis BPH sehingga mempercepat progresifitas penurunan
fungsi ginjal. Diabetes mellitus tipe 2 berperan dalam memperbesar volume prostat
dan meningkatkan tonus otot polos prostat sehingga memperburuk obstruksi. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh diabetes mellitus tipe 2
terhadap fungsi ginjal pada pasien BPH.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain
penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di RS Bina Sehat Jember dan RS Paru
Jember. Populasi penelitian ini adalah adalah pasien pasien BPH dengan atau tanpa
diabetes mellitus tipe 2 yang berobat di RS Bina Sehat Jember dan RS Paru Jember
dalam periode 3 tahun yaitu pada bulan Juli 2015 sampai dengan bulan Desember
2018. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling dengan jumlah sampel 44 pasien dibagi menjadi 22 sampel BPH non DM
dan 22 sampel BPH DM. Data yang diperoleh akan didistribusikan dan diuji bivariat
menggunakan uji Chi Square, Mann Whitney, dan Spearman dengan nilai signifikansi
p < 0,05 dan interval kepercayaan 95%.
Hasil uji komparasi kreatinin serum dan volume prostat pada pasien BPH non
DM dengan BPH DM menggunakan uji Mann Whitney, didapatkan masing-masing
nilai p = 0,018 dan p = 0,080. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan kreatinin yang yang signifikan antara pasien BPH non DM dengan
BPH DM. Sedangkan pada volume prostat, tidak ditemukan perbedaan yang
signifikan pada pasien BPH non DM dengan BPH DM. Hasil uji komparasi derajat
IPSS pada pasien BPH non DM dengan BPH DM menggunakan uji Chi Square,
didapatkan nilai p = 0.000. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan derajat IPSS yang yang signifikan antara pasien BPH non DM
dengan BPH DM
Hasil uji korelasi menggunakan uji Spearman antara usia dan volume prostat
pada pasien BPH non DM dan BPH DM didapatkan masing-masing nilai p = 0,522 r
= 0,144 dan p = 0,077 r = - 0,384. Uji korelasi antara volume prostat dan kreatinin
serum pada pasien BPH non DM dan BPH DM didapatkan masing-masing nilai p =
0,012 r = 0,528 dan p = 0,771 r = 0,066. Uji korelasi antara volume prostat dan
derajat IPSS pada pasien BPH non DM dan BPH DM didapatkan masing-masing
nilai p = 0,415 r = - 0,183 dan p = 0,483 r = 0,158. Uji korelasi antara kreatinin
serum dan derajaat IPSS pada pasien BPH non DM dan BPH DM didapatkan masingmasing nilai p = 0,495 r = - 0,154 dan p = 0,026 r = 0,474. Berdasarkan hasil uji
korelasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan yang signifikan hanya terdapat
pada hubungan antara volume prostat dengan kreatinin serum pada pasien BPH non
DM dan hubungan antara kreatinin serum dengan derajat IPSS pada pasien BPH DM.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]