dc.description.abstract | Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo adalah dinas yang ditunjuk sebagai penyelenggara Beasiswa Situbondo Unggul oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Situbondo dan Beasiswa Situbondo Unggul sendiri adalah program beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa yang kurang mampu namun berprestasi akademik dan memiliki keahlian di bidang lain.
Dalam rangka pemberian beasiswa tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo melakukan penyeleksian kepada calon penerima beasiswa, berbagai dokumen dan nilai yang telah didapat di institut pendidikan diambil sebagai acuan penyeleksian. Namun permasalahannya, terkadang lembaga pemberi beasiswa kesulitan dalam penyeleksian calon penerima beasiswa, sehingga penerima beasiswa yang sebenarnya tidak memenuhi kriteria dapat diterima. Akibatnya lembaga pemerintah tersebut akan salah sasaran dalam pemberian beasiswa. Hal ini dapat berdampak secara tidak langsung dalam perkembangan sumber daya manusia daerah tersebut dan menghambat perkembangan daerah itu sendiri karena sumber daya manusia yang telah mereka harapkan sebenarnya tidak berkompeten.
Oleh sebab itu perlu adanya sebuah sistem pendukung pengambilan keputusan atau disebut juga Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dalam mengoptimalkan penyeleksian penerima beasiswa agar tidak salah sasaran. Sistem Pendukung Keputusan diidentifikasi sebagai suatu sistem yang mendukung pembuatan keputusan pada tingkat manajerial dengan situasi keputusan semi terstruktur. Sistem Pendukung Keputusan biasa dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang.
Dalam pelaksanaan Beasiswa Situbondo Unggul di lapangan, ada beberapa mahasiswa yang tidak melanjutkan kuliahnya setelah mendapatkan Beasiswa Situbondo Unggul dengan alasan tidak cukupnya biaya hidup yang diberikan untuk bantuan dan ada juga yang diputuskan beasiswanya dengan alasan nilai kuliah yang tidak mencapai target. Hal ini menyebabkan masalah karena biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah akan hilang dengan percuma. Sebenarnya dalam permasalahan ini perlu profil yang ideal karena jika penerima memiliki ekonomi yang terlalu rendah maka dikhawatirkan penerima akan berhenti dalam proses perkuliahannya dan jika penerima adalah orang yang mampu maka penerima bukanlah sasaran yang tepat dan juga penerima haruslah profil yang telah mencapai tingkat minimum yang perlu dicapai karena jika tidak mencapai tingkat minimum maka dikhawatirkan nilai kuliah tidak mencapai target yang menyebabkan pemutusan beasiswanya. Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa terdapat 2 aspek penilaian dalam penyeleksian Beasiswa Situbondo Unggul yaitu aspek akademik dan aspek ekonomi. Oleh sebab itu perlu adanya metode untuk menghitung index relative dan index minimum yang dibutuhkan untuk menentukan penyeleksian Beasiswa Situbondo Unggul. Maka kami menggunakan Metode Profile Matching untuk menghitung aspek ekonomi, yang mana penghitungan ini mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harus dimiliki oleh pendaftar Beasiswa Situbondo Unggul dan kami juga menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW) untuk menghitung aspek akademik, yang mana menghitung index minimum dari alternatif pada semua atribut penilaiannya. Kedua metode ini akan digunakan untuk bahan pertimbangan agar meminimalisir terjadi permasalahan ini kembali. Beberapa metode Sistem Pengambil Keputusan (SPK) salah satunya adalah Metode Simple Additive Weighting (SAW) dan Profile Matching. Metode Simple Additive Weighting (SAW) sering juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari kinerja setiap alternatif pada semua atribut. Metode Profile Matching sering juga disebut dengan Metode GAP, yaitu sebuah mekanisme pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harus dimiliki oleh pelamar. | en_US |