dc.description.abstract | Peningkatan jumlah penduduk dan wisatawan mempengaruhi aktifitas di kota
Malang. Aktifitas penduduk memicu pertumbuhan mobilisasi yang berdampak
langsung pada meningkatnya pertumbuhan arus lalu lintas. Pertumbuhan lalu lintas
dapat diketahui pada pertemuan antar jalan yang disebut dengan persimpangan.
Simpang mempunyai beragam karakter lalu lintas dan geometrik. Arus lalu
lintas kendaraan terdiri dari beragam tipe kendaraan sehingga diperlukan faktor
konversi yang berfungsi untuk mengklasifikasikan menjadi satuan mobil
penumpang. Faktor konversi ini disebut dengan ekivalen mobil penumpang (emp).
Nilai emp digunakan untuk mengatasi perbedaan ruang kendaraan dalam
melakukan gerakan sehingga nilai ini diperlukan dalam menganalisis kinerja jalan.
Dalam perhitungan kapasitas jalan di Indonesia, nilai emp yang dipakai
mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Perancangan
manual tersebut didasarkan pada pengumpulan data lalu lintas yang tercatat pada
tahun 1991-1995 di lima kota besar di Indonesia. Saat ini, nilai emp MKJI 1997
belum tentu dapat memenuhi karakterisitik lalu lintas saat ini jika dilihat dari
kepemilikan kendaraan bermotor. Badan Pusat Statistik menyebutkan jumlah
kepemilikan kendaraan bermotor di Indonesia pada tahun 2012 sampai 2016 selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnnya. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian
lanjutan untuk mengetahui variasi nilai emp dari kendaraan tersebut.
Pada penelitian ini digunakan metode time headway dalam mencari nilai emp
kemudian dibandingkan dengan emp MKJI 1997. Dalam penelitian Hounsell dan
Leong mengatakan metode headway merupakan metode yang paling tepat untuk
memprediksi nilai ekivalen mobil penumpang (Charles, 2014). Hasil emp yang
didapatkan dengan metode time headway pada Jalan L.A Sucipto Barat untuk MC sebesar 0,47, HV1 sebesar 1,25, HV2 sebesar 1,77, dan HV3 sebesar 2,6. Nilai emp
pada Jalan L.A Sucipto Timur untuk MC sebesar 0,46, HV1 sebesar 1,22, HV2
sebesar 2,03, dan HV3 sebesar 2,64. Nilai emp pada Jalan Panji Suroso untuk MC
sebesar 0,56, HV1 sebesar 1,18, HV2 sebesar 1,87, dan HV3 sebesar 3,33. Nilai
emp pada Jalan Sunandar Priyo untuk MC sebesar 0,58, HV1 sebesar 1,01, HV2
sebesar 1,43, dan HV3 sebesar 2,73.
Setelah mendapatkan nilai emp time headway, kemudian membandingkan
dengan emp MKJI 1997 melalui perhitungan kinerja simpang dengan metode
perhitungan MKJI 1997. Indikator yang dibandingkan yaitu derajat kejenuhan
(DS), arus lalu lintas (Q), panjang antrian (QL), dan tundaan (D). Hasil analisis
kinerja simpang menunjukkan bahwa emp time headway menghasilkan nilai yang
lebih besar dari emp MKJI 1997. Pembanding terbesar dapat dilihat pada indikator
panjang antrian. Nilai panjang antrian terbesar terdapat pada Jalan L.A. Sucipto
Timur sebesar 521,13 m berbanding 203,41 m. Jalan L.A. Sucipto Barat sebesar
778,97 m berbanding 187,71 m. Jalan Panji Suroso sebesar 823,98 m berbanding
405,67 m. Jalan Sunandar Priyo sebesar 683,15 m berbanding 251,92 m. Hasil
perhitungan panjang antrian tersebut kemudian dibandingkan dengan panjang
antrian lapangan yang menunjukkan bahwa perhitungan dengan emp MKJI 1997
lebih mendekati dengan panjang antrian pada lapangan. | en_US |