Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Tumbuhan Epifit Liken Parmelia Cetrata Ach. Terhadap Pseudomonas Aeruginosa
Abstract
Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen seperti bakteri. Menurut WHO pada tahun 2016, penyakit
infeksi dapat membunuh hampir 9 juta orang tiap tahunnya. Bakteri memiliki
kemampuan untuk beradaptasi, sehingga adanya penelitian dan pengembangan agen
antibakteri baru tetap penting untuk dilakukan. Skrining aktivitas antibakteri terhadap
suatu bahan alam dapat menjadi langkah awal dalam penelitian dan pengembangan
agen antibakteri. Skrining aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan fokus terhadap
bakteri gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa, karena kebanyakan antibakteri
yang dikembangkan saat ini lebih fokus menarget bakteri gram positif. Bakteri gram
negatif menjadi tantangan dalam penelitian dan pengembangan antibakteri karena
memiliki susunan dinding sel yang kompleks sehingga mempersulit antibakteri
masuk dan bekerja dalam sel bakteri.
Penemuan agen antibakteri seperti penisilin dari jamur menyebabkan liken
sebagai tumbuhan tingkat rendah mulai diteliti potensi aktivitas antibakterinya. Liken
merupakan hasil simbiosis antara jamur dan alga atau sianobakteri. Belum terdapat
dokumen yang menyatakan estimasi jumlah spesies liken di Indonesia. Penelitian
tentang bioaktivitas liken juga masih terbatas di Indonesia, dan cederung fokus
kepada liken Usnea spp. dan Stereocaulon spp. Berdasarkan hal tersebut, penelitian
tentang aktivitas antibakteri liken Parmelia cetrata Ach. (P. cetrata) terhadap bakteri
gram negatif P. aeruginosa dilakukan sebagai bentuk eksplorasi liken dan sebagai
referensi dalam menunjang penelitian dan pengembangan antibakteri.
Liken P. cetrata pada penelitian ini diekstraksi secara maserasi dengan
metanol dan difraksinasi secara partisi cair-cair dengan heksana, diklorometana, etil
asetat, dan air. Skrining fitokimia dilakukan terhadap seluruh ekstrak dan fraksi liken
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Berdasarkan hasil skrining
fitokimia, ekstrak metanol mengandung senyawa golongan antrakinon, flavonoid,
fenolat, terpenoid atau steroid bebas; fraksi heksana mengandung senyawa golongan
antrakinon dan terpenoid atau steroid bebas; fraksi diklorometana mengandung
senyawa golongan antrakinon, flavonoid, serta fenolat; dan fraksi etil asetat
mengandung senyawa fenolat.
Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap ekstrak dan fraksi liken P. cetrata
dengan kontrol positif gentamisin untuk memastikan metode yang dilakukan benar.
Uji aktivitas antibakteri pada penelitian ini dilakukan dengan metode mikrodilusi
menggunakan microplate-96-well sesuai protokol yang ditetapkan oleh Clinical
Laboratory Standard Institue. Pengujian dilakukan menggunakan bakteri
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, dengan suhu inkubasi 37
o
C dan waktu
inkubasi sampel 20 jam.
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa,
persentase penghambatan pertumbuhan bakteri oleh gentamisin telah memenuhi
rentang yang disyaratkan yakni memiliki konsentrasi hambat minimum (Minimum
Inhibitory Concentration/MIC) sebesar 0,5-2 μg/mL. Uji aktivitas antibakteri pada
ekstrak dan fraksi menunjukkan bahwa ekstrak metanol liken memiliki IC50 1334,248
± 33,167 μg/mL, fraksi heksana memiliki IC50 1171,547 ± 27,083 μg/mL, fraksi
diklorometana memiliki IC50 1047,168 ± 28,018 μg/mL, fraksi etil asetat memiliki
IC50 946,621 ± 26,393 μg/mL, dan residu liken memiliki IC50 2407,381 ± 204,414
μg/mL. Nilai IC50 terkecil dicapai oleh fraksi etil asetat liken P. cetrata, namun
menurut literatur standar nilai IC50 yang baik pada pengujian senyawa anti-infektif
adalah <100 μg/mL sehingga dapat diketahui bahwa ekstrak dan fraksi liken P.
cetrata tidak poten dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]