Show simple item record

dc.contributor.advisorNOVI, Ancah Caesarina
dc.contributor.advisorNINGTYIAS, Farida Wahyu
dc.contributor.authorMURSYIDA
dc.date.accessioned2019-02-20T07:42:52Z
dc.date.available2019-02-20T07:42:52Z
dc.date.issued2019-02-20
dc.identifier.nimNIM162520102026
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/89648
dc.description.abstractMakanan pendamping air susu ibu (MPASI) merupakan makanan dan minuman yang mengandung gizi yang diberikan pada bayi usia 6 bulan sampai 24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizinya selain dari ASI (Usmiati, 2015). Pemberian MPASI dini dapat mengakibatkan keterlambatan gerak motorik kasar bayi. Riskesdas (2013) mengemukakan jenis MPASI dini yang banyak diberikan adalah susu formula, madu, kelapa muda, pisang, teh maniss, kopi, air putih, air gula, bubur, nasi, dan air tajin. Faktor yang mempengaruh pemberian MPASI dini antara lain adalah pekerjaan, tingkat pengetahuan, tradisi, tingkat pendidikan, dan pendapatan. Selain pemberian MPASI dini, stimulasi yang diberikan oleh orang tua juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan gerak motorik kasar bayi. Stimulasi yang kurang dapat menjadi salah satu faktor keterlambatan perkembangan motorik bayi (Lisbeth et al., 2015). Penelitian yang dilakukan WHO (2006) di enam negara yaitu Brazil, India, Gana, Norwegia, AS, Oman 49, 3 % telah memberikan MPASI dini ( Ahmad, 2008). Hasil Riskesdas 2010 bayi yang mendapatkan ASI dan makanan cair (predominan) sebesar 4,5%, ASI dan MPASI dini (parsial) sebesar 81,54% dan di Jawa Timur (2014) 46% telah mendapatkan MPASI dini. Hasil wawancara dengan staf Dinkes Kabupaten Jember (2017) wilayah Puskesmas Gladakpakem 51% telah memberikan MPASI dini. Peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian MPASI dini dan stimulasi terhadap perkembangan gerak motorik kasar pada bayi usia 0-6 bulan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, teknik pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuisioner, desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Gladakpakem dan Puskesmas Panti bulan Maret 2017 selesai dengan selesai. Responden penelitian 384 bayi usia 0-6 bulan, 204 responden telah mendapatkan MPASI dini dan kurang mendapatkan stimulasi. Metode sampling dengan purposive sampling. Analisis data diolah menggunakan uji statistik regresi logistik dengan tingkat signifikansi < 0,05. Hasil analisis penelitian menunjukkan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pemberian MPASI dini adalah tingkat pengetahuan (p value 0,000, PR 5,411), pendapatan (p value 0,001 PR 1,626) pekerjaan ibu (p value 0,029 PR 0,820) terhadap pemberian MPASI dini pada bayi usia 0-6 bulan. Faktor yang tidak berpengaruh adalah tradisi (p value 0,993 PR 1,0 x 10 ), pendidikan ibu (0,060 PR 1,325. Terdapat pengaruh antara pemberian MPASI dini dan gerak motorik kasar bayi (p value 0,000 PR 1,8). Terdapat pengaruh antara stimulasi terhadap gerak motorik kasar bayi dengan nilai (p value 0,000 PR 2,7) Terdapat pengaruh stimulasi terhadap gerak motorik kasar pada bayi ASI eksklusif dengan nilai (p value 0,000 PR 4,3). Tingkat pengetahuan mempengaruhi orang tua untuk memberikan MPASI dini. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahua ibu cukup di karenakan peran bidan dan kader yang selalu rutin melakukan kunjungan dan memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif. Pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi juga bisa diperoleh melalui pendidikan nonformal, seperti pengalaman pribadi, media, lingkungan dan penyuluhan kesehatan (Kusmiyati, 2014). Pendapatan orang tua dalam penelitian ini di bawah UMK yang melakukan praktek pemberian MPASI dini. Ibu memberikan MPASI dini berupa susu formula, pisang, pisang dan nasi dengan cara bercocok tanam di lahan sendiri, sehingga meskipun berpenghasilan rendah orang tua masih bisa memberikan makanan yang di peroleh dan di olah sendiri tanpa harus membeli. Pekerjaan ibu dalam penelitian ini sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga, penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah karena mereka masih tinggal dengan orang tua atau mertua, jadi ibu tidak dapat mengambil keputusan karena takut menyinggung perasaan dan di anggap 11 melawan nasihat orang tua atau mertua, yang di sebabkan oleh tingkat pengetahuan orang tua atau mertua masih kurang. Tradisi dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pemberian MPASI dini, karena orang tua sudah meninggalkan tradisi karena sering memperoleh penyuluhan dari petugas kesehatan dan para kader. Dengan adanya penyuluhan yang sering dilakukan akan meningkatkan tingkat pengetahuan orang tua dan secara perlahan mulai meninggalkan tradisi pemberian MPASI dini. Pendidikan orang tua tidak berpengaruh dalam pemberian MPASI dini karena apapun tingkat pendidikannya asalkan memiliki pengetahuan yang cukup, tidak akan memberikan MPASI dini. Pemberian stimulasi sangat berpengaruh terhadap perkembangan gerak motorik kasar bayi. Bayi yang memperoleh MPASI dini dan kurangnya stimulasi mempunyai resiko lebih besar mengalami keterlambatan gerak motorik kasar. Saran yang dapat diberikan kepada Institusi kesehatan adalah perlu sosialisasi tentang pemberian MPASI dini dan stimulasi terhadap gerak motorik kasar pada bayi untuk meningkatkan tingkat pengetahuan orang tua melalui posyandu, sosialisasi di area pondok pesantren, karang taruna dan sosialisasi menggunakan pamflet yang di sebarkan kepada ibu – ibu dengan bantuan kader. Saran untuk orang tua memahami kebutuhan anak untk merangsang gerak motorik kasar, informasi ini dapat diperoleh dari posyandu media elektronik dan media sosial.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries162520102026;
dc.subjectPemberian MPASI Dinien_US
dc.subjectMotorik Kasaren_US
dc.titlePengaruh Pemberian Mpasi Dini dan Stimulasi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar pada Bayi Usia 0-6 Bulan (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Gladakpakem dan Puskesmas Panti Jember)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record