dc.description.abstract | Fraktur kruris merupakan dampak dari trauma atau cedera yang bisa terjadi
kapan saja dan pada siapa saja. Terjadinya fraktur kruris akan berpengaruh besar
terhadap aktifitas penderita khususnya anggota tubuh yang berhubungan dengan
fungsi gerak, sehingga penderita fraktur kruris harus segera dilakukan tatalaksana.
Salah satu bentuk tatalaksana fraktur kruris yang sering dilakukan pada pasien
fraktur meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi interna (ORIF). Keuntungan
Fiksasi Interna ini tercapainya reposisi yang sempurna dan fiksasi yang kokoh dan
mobilisasi dapat segera dilakukan.
Perawatan segera pasca operasi fraktur kruris diantaranya adalah
dilakukan mobilisasi dini Melakukan Range Of Motion (ROM). Keengganan
pasien dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau satu
ekstremitas atau lebih tersebut akan menimbulkan masalah keperawatan hambatan
mobilitas fisik. Pada pasien pasca operasi fraktur kruris yang tidak melakukan
mobilisasi dini akan merangsang artrofi otot skletal terutama ekstremitas yang
menyebabkan menurunnya kekuatan otot sampai 5,5% perhari. Disamping itu
imobilisasi dapat menyebabkan peredaran darah tidak lancar dan akhirnya
berdampak pada proses penyembuhan luka (vaskularisasi, inflamasi, poliferasi,
dan granulasi) tidak berlangsung maksimal. Tentunya kondisi ini akan
mempengaruhi lama keberadaan pasien di rumah sakit atau lama perawatan
pasien.
Metode yang di gunakan dalam Penulisan laporan tugas akhir ini
menggunakan desain laporan kasus yang menggunakan pengumpulan data
wawancara, observasi, dan dokumentasi terhadap klien post op fraktur kruris.
Metode wawancara yaitu menanyakan keluhan klien, rentang gerak klien dan
kekuatan otot klien. Metode observasi untuk mengobservasi keadaan klien antara
lain kekuatan otot, rentang gerak dan aktivitas klien dan metode studi
dokumentasi menggunakan rekam medik klien dan asuhan keperawatan pada
kedua klien post op fraktur kruris dengan masalah keperawatan hambatan
mobilitas fisik. | en_US |