Model Linearisasi Koefisien Atenuasi Gelombang Wi-Fi Smartphone untuk Aplikasi Through Wall Imaging
Abstract
Perkembangan teknologi dalam bidang sipil seperti pembangunan gedung
membutuhkan teknologi yang canggih agar proses pengerjaan menjadi semakin cepat,
contohnya dalam instalasi maupun penyambungan jalur kabel listrik maupun pipa air
membutuhkan alat yang mampu memberikan gambaran bagian dalam tembok sehingga
posisi kabel listrik maupun pipa bisa diketahui, semakin tepat alat pendeteksi maka
semakin efisien dan mengurangi tingkat kerusakan tembok dibandingkan dengan
langsung melubangi tembok untuk mencari kabel atau pipa,sistem untuk mendeteksi
keberadaan objek lain dalam background (tembok) tersebut dinamakan dengan through
wall imaging. Through wall imaging membutuhkan transmitter untuk memancarkan
sinyal dan receiver untuk menerima sinyal yang telah menembus benda, sinyal yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Wi-Fi (wireless fidelity) dengan frekuensi 2.4 GHz.
Sinyal yang ditembakkan kepada objek berasal dari wireless card smartphone Huawei y3
(transmitter) lalu sinyal Wi-Fi yang telah melewati objek akan diterima oleh wireless
card pada smartphone Huawei y3 (receiver).
Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) menentukan koefisien atenuasi dari objek yang
diteliti seperti bata, besi dan kertas. Tebal objek yang digunakan divariasi untuk
ditentukan nilai taraf intensitas setiap ketebalan objek sehingga koefisien atenuasi bisa
didapatkan melalui kemiringan grafik hubungan logaritma natural taraf intensitas (ln TI)
terhadap ketebalan objek. 2) menentukan posisi besi yang diletakkan di dalam susunan
bata, susunan bata dibagi menjadi 15 koordinat dan ditentukan nilai taraf intensitas di
setiap koordinat, posisi besi ditunjukkan dengan adanya anomali taraf intensitas Wi-Fi
pada koordinat yang terdapat besi dibandingkan dengan koordinat lain yang hanya
terdapat bata saja.
Metode yang digunakan untuk menentukan atenuasi setiap objek dengan
menggunakan bata yang panjangnya 21 cm dan 63 cm, besi dengan panjang 10,5 cm dan
21 cm serta kertas 21 cm. Tebal setiap objek tersebut divariasikan untuk ditentukan nilai
taraf intensitas Wi-Fi (dBm) setelah menembus objek, aplikasi Wi-Fi overview 360
dipasang pada smartphone receiver agar bisa menampilkan nilai taraf intensitas (dBm),
nilai taraf intensitas dalam dBm dikonversikan ke satuan mWatt kemudian dijadikan
fungsi logaritma natural dari taraf intensitas tersebut (ln TI). Grafik hubungan ln TI
dengan x (tebal objek) akan membentuk garis liniear, kemiringan grafik (m) tersebut
adalah negatif koefisien atenuasi objek (-α).
Metode penelitian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan susunan bata dan
pada bagian tengah diletakkan besi. Susunan bata dan besi dibagi menjadi 15 koordinat, 5
koordinat secara horizontal (X1 sampai X5) dan 3 koordinat vertikal (Y1 sampai Y3).
Posisi besi diletakkan pada koordinat X3 baik pada Y1, Y2 dan Y3. Setiap koordinat di
scan dan dicatat taraf intensitas Wi-Fi yang diterima, grafik hubungan taraf intensitas Wi-
Fi terhadap setiap koordinat menunjukkan anomali yang menyatakan keberadaan besi.
Hasil yang telah didapatkan pada penelitian menunjukkan bahwa koefisien
atenuasi (α) setiap objek berbeda, yaitu 14,409 untuk bata panjang 21 cm, 16,415 untuk
bata 63 cm, 28,612 untuk besi 10,5 cm, 60,964 untuk kertas 21 cm dan 98,134 untuk besi 21 cm. Jika diurutkan dari objek yang berbeda namun memiliki ukuran panjang yang
sama yaitu 21 cm, maka didapatkan koefisien atenuasi Wi-Fi terendah sampai tertinggi
yaitu bata, kertas kemudian besi. Hasil scan setiap koordinat pada penelitian besi
dalam bata menunjukkan anomali nilai taraf intensitas Wi-Fi yang ditangkap
receiver ketika melewati koordinat X3 dibandingkan dengan koordinat X = 1, 2, 4
dan 5. Sehingga posisi besi berdasarkan taraf intensitas Wi-Fi yang diterima
terletak pada posisi X3 yang sesuai dengan keadaan sebenarnya yaitu besi
memang diletakkan pada koordinat X3. Jika digunakan prediksi taraf intensitas
bata maupun taraf intensitas gabungan bata dan besi dari persamaan regresi linier
maka didapat pada koordinat X3 lebih dekat terhadap data taraf intensitas
gabungan bata dan besi, kemudian taraf intensitas pada X1, X2, X4 dan X5 lebih
mendekati taraf intensitas bata saja dibandingkan data taraf intensitas gabungan
bata dan besi, sehingga tetap menunjukkan bahwa koordinat X3 adalah posisi besi
berada.