Asuhan Keperawatan pada By. M dan By. L Pasca Asfiksia Neonatorum dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas di Ruang Perinatologi RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018
Abstract
Pasca asfiksia neonatorum pada bayi yaitu keadaan dimana seorang
neonatus mengalami hipoksia, hiperkarbia dan asidosis metabolik merupakan
lanjutan dari asfiksia (Lissauer & Fanaroff, 2013). Hal ini disebabkan oleh karena
hipoksia (kekurangan oksigen) janin dalam kandungan yang terjadi pada saat
kehamilan, persalin atau segera setelah bayi lahir (Maryunani & Nur Hayati, 2008
dalam Nasrawati & Wati, 2016). Pada saat neonatus mengalami pasca asfiksia
terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi salah satunya pada paru bayi
(pulmonary), bayi akan mengalami aspirasi sindrom (aspiration syndrome) yang
di sebabkan adanya mekonium atau cairan dalam paru bayi yang menyebabkan
transfer O2 berkurang (Rozance & Rozenberg, 2011). Menurut NANDA 2015
adanya dyspnea merupakan salah satu faktor yang mendukung dalam masalah
keperawatan ketidakefektifan pola nafas (Nanda, 2015).
Penulisan tugas akhir ini menggunakan metode laporan kasus terhadap 2
klien pasca asfiksia dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola napas.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara, pemeriksaan fisik,
dan observasi terhadap klien pasca asfiksia.
Berdasarkan hasil pengkajian yang di lakukan pada kedua klien pasca
asfiksia neonatorum di dapatkan 5 batasan karakteristik yang muncul dari 9
batasan karakteristik yaitu bradipnea, takipnea, penggunaan otot bantu nafas,
pernafasan bibir, Pola nafas abnormal (mis., irama, frekuensi, kedalaman).
Intervensi yang dilakukan pada kedua klien adalah terapi oksigen, managemen
jalan nafas dan monitor cairan. Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu
terapi oksigen meliputi pertahankan kepatenan jalan nafas, berikan oksigen
tambahan seperti yang diperintahkan. Managemen jalan nafas meliputi posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi, auskultasi suara nafas, monitoring status
pernafasan dan oksigenasi. Monitor pernafasan meliputi catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu nafas, adanya retraksi dinding
dada, palapasi kesimetrisan ekspansi paru. Pada tahap evaluasi keperawatan,
terdapat 5 kriteria hasil yang tercapai kedua klien adalah frekuensi pernafasan 40-
60x/menit, irama nafas regular, tidak ada pernafasan bibir, tidak ada retraksi
dinding dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas. Perawatan dilakukan selama
3 hari.
Diharapkan perawat mampu memberikan proses asuhan keperawatan pada
klien dengan pasca asfiksiaa dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola
nafas. Hal ini dikarenakan ketidakefektifan pola nafas pada pasien pasca
asfiksiaa dapat menimbulkan komplikasi lainnya. Perawat harus melakukan
tindakan keperawatan yang tepat seperti terapi oksigen, managemen jalan nafas,
monitor status pernafasan.