Asuhan Keperawatan Post Operasi Sectio Caesarea Pada NY. R Dan Ny. S Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri Di Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018
Abstract
Prevalensi Sectio Caesarea di dunia terus meningkat. Di Indonesia sendiri
pada tahun pada tahun 2011 ibu bersalin dengan tindakan Sectio Caesarea
sebanyak 290 (31,90%) dari 909 persalinan, pada tahun 2012 meningkat menjadi
437 (55,88%) dari 782 persalinan, sehingga terdapat peningkatan sebanyak
23,98%. Pada pasien post sectio caesarea sering mengalami ketidakmampuan
merawat diri, kurangnya perawatan diri pada pasien dengan Sectio Caesarea
terjadi akibat nyeri pasca operasi sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri pada ibu post Sectio Caesarea jika
tidak ditangani akan sangat rentan terhadap infeksi. Kuman masuk ke dalam tubuh
melalui proses penyebaran yang salah satunya melalui sentuhan kulit, kulit
menjadi jalan masuknya mikroorganisme. Kontak langsung dari kulit ibu dan bayi
dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh. Sistem imunitas bayi
baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba seperti
memenuhi kebutuhan dasar kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi.
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengeksplorasi asuhan
keperawatan Post Operasi Sectio Caesarea pada Ny. R dan Ny. S dengan masalah
keperawatan Defisit Perawatan Diri. Desain yang digunakan adalah laporan kasus
terhadap pasien Post Operasi Sectio Caesarea dengan menggunakan
pengumpulan data berdasarkan lembar WOD (wawancara, observasi dan
dokumentasi). Partisipan terdiri dari dua orang pasien yang memenuhi kriteria
partisipan. Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi masalah tersebut adalah
dengan melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan perawatan diri dimana fokus
tindakan keperawatan adalah membantu klien mandi, berganti pakaian, berhias,
memenuhi kebutuhan eliminasi di kamar mandi, dan juga dilakukan beberapa
intervensi tambahan seperti relaksasi nafas dalam, ambulasi dini, manfaat ASI
Eksklusif dan perawatan payudara yang bertujuan untuk mempercepat
kesembuhan nyeri. Intervensi ini dilakukan pada pagi dan sore hari selama 20
menit dengan frekuensi tindakan satu hari sekali selama tiga hari.
Hasil yang didapatkan setelah dilaksanakan implementasi keperawatan pada
kedua klien adalah tujuan tercapai seluruhnya. Pada klien 1 pada hari ketiga telah
menunjukkan peningkatan kemampuan dalam pemenuhan kebersihan diri yaitu
klien mampu menyeka badan secara mandiri, berpakaian secara mandiri, berhias
secara mandiri, dan mampu BAK di kamar mandi tanpa bantuan. Pada klien 2
pada hari ketiga menunjukkan peningkatan kemampuan dalam pemenuhan
kebersihan diri yaitu klien mampu menyeka badan secara mandiri, berpakaian
dengan bantuan, berhias secara mandiri, dan belum mampu BAK di kamar mandi
secara mandiri.
Dari hasil tersebut, bagi peneliti selanjutnya mengenai Post Operasi Sectio
Caesarea dengan masalah keperawatan yang sama diharapkan untuk lebih
memfokuskan pada peningkatan kemampuan dalam pemenuhan aktivitas
kebersihan diri serta mengembangkan intervensi terapi non farmakologis relaksasi
nafas dalam dengan harapan klien dapat menoleransi dan mengurangi nyeri
sehingga mempercepat kesembuhan dan klien dapat melakukan pemenuhan
kebersihan diri secara mandiri. Bagi perawat diharapkan meningkatkan frekuensi
pemenuhan kebersihan diri secara total kepada klien sejak awal pasien dirawat
dengan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk meminalisir nyeri,
meminimalkan terjadinya komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pada keluarga pasien diharapkan untuk lebih memperhatikan terkait pola
pemenuhan kebersihan diri klien di rumah baik saat dalam kondisi sehat maupun
sakit.