dc.description.abstract | Buku yang berjudul “Cluster Kopi Arabika: Produk Primadona Petani Kopi
Rakyat Bondowoso” ini patut dibaca oleh semua orang. Buku ini memberikan
informasi bahwa seperti yang dikatakan oleh Popkin dalam teorinya Ekonomi
Politik, ternyata tidak semua petani yang berada dalam krisis subsistensi
melakukan perlawanan. Artinya petani yang berada dalam krisis subsistensi
akibat penetrasi kapital ada yang melakukan perlawanan dan ada pula yang
tidak melakukan perlawanan, kendati sama-sama mengalami krisis subsistensi.
Karena itu, keputusan melakukan perlawanan atau tidak, bagi petani yang berada
dalam krisis subsistensi bukan karena subsistensi itu sendiri. Tetapi keputusan
melakukan perlawanan didasari oleh perhitungan rasional para petani. Dalam
himpitan subsisten, muncullah ide-ide dan gagasan seorang petani bernama
John Saryan Sukardjo untuk menanam kopi Arabika dan membentuk kelompok
tani sebagai bentuk resistensi terhadap PTPN XII. PTPN XII adalah perusahaan
perkebunan milik Negara yang mendapat HGU (Hak Guna Usaha) dari negara
untuk mengelola dua perkebunan besar warisan dari Gerhard David Birnie
(partikelir Belanda) pada jaman kolonial yang menyewa dataran tinggi Ijen.
Letak perkebunan PTPN XII bersebelahan dengan Kecamatan Sumberwringin,
tempat perkebunan kopi rakyat. Pada awalnya para petani terbiasa menanam
Kopi Robusta dan dilakukan secara individual. Dalam perjalanannya upaya
John Saryan Sukardjo ini mendapat support dari Bupati Bondowoso Amin Said
Husni dengan memilih Cluster Kopi Arabika sebagai produk unggulan yang
dapat meningkatkan perekonomian petani kopi rakyat. Bukan tanpa alasan
Bupati Amin Said Husni memilih Cluster Kopi Arabika, namun karena harga
jualnya lebih tinggi dibandingkan dengan Kopi Robusta. Buku ini terdiri dari 5
Bab yang mencoba mengurai upaya petani kopi rakyat untuk menanam Kopi
Arabika yang berimplikasi pada kenaikan taraf hidupnya. Dukungan penuh
diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso demi untuk memakmurkan
petani kopinya. | en_US |