Penentuan Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Daun Tanaman Melalui Inhibisi α-Amilase Menggunakan Speltrofotometri NIR dan Kemometrik
Abstract
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan
tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). Diabetes melitus tipe 2
merupakan tipe diabetes yang lebih umum dimana jumlah penderitanya lebih
banyak dibandingkan dengan diabetes melitus tipe 1 dan gestasional. Jumlah
penderita diabetes melitus tipe 2 mencapai 90% dari total kasus keseluruhan
diabetes melitus, biasanya ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin
relatif. Prevalensi diabetes melitus yang terus mengalami peningkatan sebanding
dengan peningkatan terapi farmakologi dengan menggunakan obat hipoglikemik
oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral dapat memberikan efek samping
yang tidak diinginkan, sehingga banyak penelitian diarahkan untuk terapi
menggunakan bahan alami agar terhindar dari efek samping tersebut.
Pada penelitian ini dilakukan penentuan aktivitas antidiabetes menggunakan
instrumen spektrofotometri near infrared karena metode analisis yang umum
digunakan untuk menentukan aktivitas antidiabetes melalui inhibisi α-amilase
membutuhkan tahapan analisis yang panjang dan waktu analisis yang cukup lama.
Keuntungan menggunakan metode spektrofotometri near infrared diantaranya
yaitu efektif, mudah, cepat, biaya penelitian ekonomis, dan bersifat non-destruktif.
Penentuan aktivitas antidiabetes melalui inhibisi α-amilase dengan menggunakan
metode spektrofotometri near infrared memerlukan suatu analisis data multivariat
(kemometrik) agar dapat mengekstrak informasi yang dibutuhkan dari spektrum
inframerah dan menggunakan informasi tersebut untuk diaplikasikan secara
kuantitatif dengan menggunakan software The Unscrambler X 10.2. Beberapa
teknik yang digunakan untuk pembentukan model kalibrasi (analisis kuantitatif)
dalam penelitian ini yaitu Partial Least Square (PLS). Untuk menguji validitas
model regresi dari model kalibrasi yang terpilih maka dilakukan validasi dengan
metode validasi silang 2-Fold Cross Validation dan Leave One Out Cross
Validation (LOOCV).
Metode pembanding yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
spektrofotometri UV-Vis dengan pembanding jamu tersaintifikasi dari
B2P2TOOT. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, model PLS
dengan spektroskopi near infrared memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan PCR dan SVMR dengan nilai R
2
kalibrasi 0,9802943; R2
validasi 0,9786547; RMSE kalibrasi 0,6606693; dan RMSE validasi 0,6925296.
Validasi model yang dilakukan menghasilkan nilai yang baik dengan R2
2-Fold
Cross Validation 0,9910494; sedangkan untuk nilai R2
kalibrasi dan R2
validasi
Leave One Out Cross Validation (LOOCV) masing-masing sebesar 0,9809417
dan 0,9794762.
ix
Model kalibrasi PLS yang terbentuk dan tervalidasi kemudian
diaplikasikan pada sampel nyata. IC50 sampel nyata yang didapat dari
spektrofotometri NIR untuk sampel dengan kode AA yaitu sebesar 1092,879 ±
2,862 µg/mL; sampel dengan kode AB yaitu sebesar 1261,623 ± 0,710 µg/mL;
dan sampel dengan kode AC yaitu sebesar 1252,662 ± 0,314 µg/mL. Hasil yang
didapatkan tersebut kemudian di uji dengan analisis uji statistik dengan Uji T Dua
Sampel Berpasangan dengan metode pembanding spektrofotometri UV-Vis. Nilai
signifikansi yang diperoleh untuk sampel nyata dengan kode AA, AB dan AC
berturut-turut yaitu 0,020; 0,185; dan 0,006 dengan tingkat kepercayaan 99%
sehingga, dapat disimpulkan bahwa kadar IC50 yang didapat dari kedua metode
tersebut pada sampel dengan kode AA dan AB tidak memiliki perbedaan yang
bermakna sedangkan pada sampel dengan kode AC memiliki perbedaan yang
bermakna.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]