Show simple item record

dc.contributor.advisorSugiarti, Titik
dc.contributor.advisorYudianto, Erfan
dc.contributor.authorSOFI
dc.date.accessioned2018-12-04T01:06:47Z
dc.date.available2018-12-04T01:06:47Z
dc.date.issued2018-12-04
dc.identifier.nim140210101065
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/88916
dc.description.abstractProgramme for International Student Assesment (PISA) merupakan suatu program internasional yang diselenggarakan oleh OECD yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi matematis, literasi bahasa, dan literasi sains siswa yang berumur 15 tahun. Dasar penilaian kemampuan literasi matematis dalam PISA dikategorikan ke dalam tiga komponen matematika yaitu konten, proses, dan konteks matematika. Salah satu konten matematika dalam PISA ruang dan bentuk (space and shape) yang berkaitan dengan pelajaran geometri. Komponen proses dalam PISA dikategorikan menjadi 3 komponen yaitu merumuskan situasi secara matematis, menggunakan konsep, fakta, prosedur, dan penalaran matematika, dan menafsirkan, menerapkan, dan mengevaluasi hasil matematika. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir literasi siswa SMA dalam menyelesaikan soal PISA konten shape and space ditinjau dari level berpikir van Hiele. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitan ini yaitu tes dan wawancara. Subjek penelitian adalah siswa kelas X IPA SMAN 1 Arjasa. Subjek penelitian mengerjakan soal tes level berpikir van Hiele dan tes PISA. Selanjutnya dipilih satu siswa dari level pra-visualisasi, 2 siswa level visualisasi, dan 2 siswa level analisis untuk diwawancara. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes level berpikir van Hiele, PISA konten shape and space, dan pedoman wawancara. Keseluruhan instrumen yang digunakan telah diuji validasi dan telah dinyatakan valid. Pengambilan data dimulai dari tanggal 11 Mei 2018 hingga 24 Mei 2018 di SMA Negeri 1 Arjasa. Berdasarkan hasil tes level berpikir geometri dari 28 siswa, terdapat 32,1% siswa level pra-visualisasi, 39,3% siswa level visualisasi, dan 28,6% siswa level analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa kecenderungan ix yang nampak pada siswa level pra-visualisasi, visualisasi, dan analisis. Siswa level pra-visualisasi memiliki kecenderungan tidak menuliskan secara lengkap apa yang diketahui dan ditanyakan, mengkonstruk masalah kedalam bentuk variabel dan merumuskan masalah kedalam model matematika namun tidak menuliskan langkah-langkah penyelesaian secara runtut, menyelesaikan soal dengan benar untuk soal pertama sedangkan untuk soal yang lain tidak ada jawaban, tidak menuliskan kesimpulan dari permasalahan namun dapat menjelaskan kesimpulannya serta menafsirkan kembali hasil ke dalam konteks dunia nyata. Siswa Level 0 (visualisasi) memiliki kecenderungan menuliskan secara lengkap apa yang diketahui namun tidak menuliskan apa yang ditanyakan, mengkonstruk masalah kedalam bentuk variabel dan merumuskan masalah kedalam model matematika namun tidak menuliskan langkah-langkah penyelesaian secara runtut, menyelesaikan soal dengan benar tetapi terdapat penggunaan konsep matematika yang kurang tepat, tidak menuliskan kesimpulan dari permasalahan namun dapat menjelaskan kesimpulannya serta menafsirkan kembali hasil ke dalam konteks dunia nyata. Siswa Level 1 (analisis) memiliki kecenderungan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan disertai dengan penulisan satuan yang benar, mengkonstruksi dan merumuskan masalah yang diberikan ke dalam model matematika serta menetapkan tujuan yang telah direncanakan kemudian menerapkan prosedur penyelesaian masalah, menjelaskan langkah-langkah penyelesaian secara runtut dan menyelesaikan soal dengan benar serta memperbaiki perhitungan dan langkah-langkah penyelesaian yang tidak tepat, tidak menuliskan kesimpulan dari permasalahan namun dapat menjelaskan kesimpulannya serta menafsirkan kembali hasil ke dalam konteks dunia nyata. Komponen proses berpikir yang paling banyak dipenuhi siswa adalah komponen pertama dan kedua yaitu merumuskan situasi secara matematis, sedangkan komponen yang paling sedikit dipenuhi siswa adalah komponen yang ketiga yaitu menafsirkan, menerapkan, dan mengevaluasi hasil matematika. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru, sehingga informasi ini mampu diterapkan dalam pembelajaran di kelas.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectBerpikir Literasi Siswa SMAen_US
dc.subjectSoal Pisa Konten Shape and Spaceen_US
dc.subjectLevel Berpikir Van Hieleen_US
dc.subjectProgramme for International Student Assesmenten_US
dc.subjectPISAen_US
dc.titleProses Berpikir Literasi Siswa SMA dalam Menyelesaikan Soal Pisa Konten Shape and Space Ditinjau dari Level Berpikir Van Hieleen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record