dc.description.abstract | Autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan saraf otak yang heterogen yang secara klinis bermanifestasi sebagai gangguan persisten yang mengakibatkan masalah dalam komunikasi dan interaksi sosial dengan perilaku yang berulang, dari kisaran ringan hingga berat. Masalah tersebut mengakibatkan ketidaknormalan perkembangan komunikasi dan sosialisasi anak. Prevalensi ASD di Indonesia berkisar 400.000 anak, dan lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 4:1.
Salah satu gangguan pada anak ASD yaitu defek pada sistem imun. Defek pada sistem imun dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme tertentu seperti jamur mengalami peningkatan di dalam saluran pencernaan. Defek inilah yang menyebabkan penderita ASD seringkali terjangkit penyakit infeksi dan mendapat antibiotik. Penggunaan antibiotik yang sering pada anak ASD dapat menyebabkan perlambatan regenerasi bahkan terbunuhnya Lactobacillus di usus sehingga flora normal Candida tidak mendapat nutrisi dari Lactobacillus. Spesies Candida yang diketahui ada 150, tetapi hanya 15 spesies yang merupakan penyebab infeksi jamur pada manusia. Sembilan puluh lima persen infeksi jamur Candida disebabkan oleh 5 spesies candida yaitu C. albicans, C. glabrata, C. parapsilosis, C. tropicalis, and C. krusei. Enam puluh hingga tujuh puluh persen penyandang ASD dilaporkan mengalami gangguan kekebalan (imun) dan diduga C. albicans dapat memperberat gejala klinis kelainan tersebut.
Salah satu faktor yang diduga dapat memperparah infeksi Candida pada anak ASD selain penggunaan antibiotik yaitu asupan karbohidrat. Sisa karbohidrat yang tidak tercerna diyakini dapat mendorong terbentuknya senyawa asam dan racun yang dapat merusak usus dan mengganggu sistem pencernaan. Masalah tersebut dapat diminimalkan dengan pemberian terapi diet karbohidrat. Terapi diet karbohidrat ini merupakan diet yang membatasi jenis karbohidrat yang memberi makanan pada Candida dalam keadaan patogen, sehingga dapat memulihkan ekologi bagian dalam tubuh. Namun belum diketahui hubungan antara tingkat infeksi Candida dengan terapi diet karbohidrat pada anak ASD.
Tahapan penelitian yang pertama yaitu dilakukan pengumpulan sampel feses anak penderita ASD yang menjalani diet maupun anak normal. Lalu sampel yang diambil kemudian dipreparasi yang dilanjutkan dengan tahapan pembenihan spesimen feses pada media SDA dengan antibiotik yang diinkubasi selama 7-10 hari pada suhu kamar. Sampel yang positif tumbuh jamur sesuai koloni Candida dilanjutkan dengan tahapan pembiakan ulang dan kemudian diremajakan. Metode identifikasi spesies Candida yang digunakan ada 3 yaitu germ tube dengan melihat bentuk hifa dimana sampel ditumbuhkan pada media putih telur dengan suhu 37 oC selama 2-3 jam, slide culture untuk melihat klamidospora dimana sampel ditumbuhkan pada media RCT selama 48-72 jam, dan BCG agar untuk identifikasi spesies yang lebih spesifik yang memerlukan waktu inkubasi selama 24 jam pada suhu kamar.
Hasil penelitian menunjukkan, pada identifikasi morfologi spesies Candida didapatkan 4 sampel positif jamur Candida pada sampel ASD diet karbohidrat dan 4 sampel pula positif pada sampel anak normal. Pada identifikasi germ tube hasil menunjukkan negatif untuk semua sampel anak ASD diet karbohidrat maupun sampel anak normal. Kemudian pada identifikasi dengan slide culture diketahui 1 sampel positif terdapat klamidospora pada sampel ASD diet karbohidrat, sedangkan pada sampel anak normal juga hanya 1 sampel yang positif. Analisis spesies dengan BCG agar didapatkan spesies C. parapsilosis dan C. albicans untuk sampel anak ASD diet karbohidrat yang positif saat identifikasi morfologi dan pada sampel anak normal didapatkan 3 spesies Candida dari sampel yang positif di identifikasi morfologi yaitu C. parapsilosis, C.glabrata, dan C. albicans. | en_US |