Validasi Metode Dan Penetapan Kadarpenetapan Kadar Daidzein Edamame (Glycine Max) Terfermentasi Oleh Rhizopus Oligosporusrhizopus Oligosporusrhizopus Dengan Etridensitometri
Abstract
Jumlah penderita penyakit jantung koroner (PJK) semakin meningkat dari tahun ke tahun. Wanita yang telah memasuki masa menopause menjadi salah satu individu yang berisiko terhadap PJK. Hal ini terjadi karena adanyanya penurunan produksi estrogen dalam tubuh dan telah diketahui hormon estrogen memiliki efek proteksi terhadap arterosklerosis. Hasil dari riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukkan berdasarkan diagnosa dokter jumlah penderita PJK pada wanita yang memasuski masa menopause sebesar 0,8% sedangkan jumlah penderita gejalanya sebesar 1,6% dari total penduduk. Untuk mengurangi risiko dari penurunan estrogen, diperlukan asupan estrogen dari luar tubuh. Edamame (Glycine max) yang mengandung isoflavon tinggi. Isoflavon ini merupakan senyawa tumbuhan yang berasal dari tanaman dengan struktur yang serupa dengan estrogen, sehingga disebut juga senyawa fitoesterogen. Sebagian besar senyawa fitoestrogen dalam kedelai dalam bentuk glukosida. Isoflavon aglikon memiliki aktivitas fitoestrogen yang lebih besar daripada bentuk glukosidanya.
Proses fermentasi edamame menjadi tempe menyebabkan peningkatan kadar isoflavon aglikon melalui pengubahan isoflavon glukosida menjadi isoflavon aglikon dan glukosa dengan adanya enzim β-glukosidase dari mikroorganisme. Edamame yang terfermentasi oleh R. oligosporus telah terbukti secara signifikan mengandung isoflavon aglikon yang lebih tinggi daripada edamame non fermentasi. Isoflavon aglikon merupakan bentuk isoflavon paling aktif dalam tubuh manusia, salah satunya yaitu daidzein. Edamame terfermentasi dimungkinkan mengandung isoflavon aglikon yang berpotensi sebagai penambah asupan estrogen untuk menurunkan efek menopause, khususnya mencegah PJK. Pada penelitian ini akan dilakukan fermentasi edamame dengan R. oligosporus, optimasi kondisi analisis, validasi metode analisis dan penetapan kadar isoflavon aglikon daidzein.
Pembuatan ekstrak edamame dilakukan menggunakan metode ekstraksi ultrasonikasi dengan pelarut alkohol 70%. Sebelum diekstrasi edamame yang telah diinokulasi dengan R. oligosporus didefatting terlebih dahulu dengan soxhlet menggunakan n-heksana. Lalu ekstrak cair dipekatkan menggunakan rotavapour. Kemudian dilakukan optimasi kondisi analisis berupa optimasi eluen, optimasi panjang gelombang dan optimasi konsentrasi uji. Dilanjutkan dengan validasi metode yang berupa linieritas, LOD dan LOQ, selektivitas/spesifisitas, presisi dan akurasi. Terakhir, ekstrak edamame non fermentasi dan edamame terfermentasi ditetapkan kadar daidzeinnya.
Pada penelitian ini, hasil rendemen ekstrak terbanyak diperoleh dari sampel H-4 sebesar 47,50 % dan yang terkecil diperoleh dari sampel H-0 sebesar 9,69 %. Kondisi optimum analisis daidzein dalam ekstrak edamame non fermentasi dan ekstrak edamame terfermentasi oleh R. oligosporus yaitu pelarut metanol p.a, fase diam berupa silika gel 60 F254, eluen berupa n-heksana: etil asetat: asam asetat (2:5:0,15), panjang gelombang 273 nm dan konsentasi uji 80 μg/mL. Pengujian parameter vaμidasi yang telah dilakukan, yaitu linieritas, LOD dan LOQ, selektivitas/ spesifisitas, presisi dan akurasi. Dapat diketahui bahwa metode analisis daidzein dalam ekstrak edamame non fermentasi dan edamame terfermentasi oleh R. oligosporus valid, tetapi nilai resolusi pada parameter selektivitas kurang dari 1,5 sehingga perlu diperbaiki untuk penelitian selanjutnya.
Kadar daidzein menurun signifikan dengan adanya fermentasi pada hari pertama tetapi kadarnya meningkat pada hari kedua, ketiga dan secara signifikan pada hari keempat fermentasi. Besar nilai kadar daidzein dalam sampel ekstrak edamame H-0, H-1, H-2, H-3, dan H-4 secara berurutan yaitu 0,0720 ± 7,4X10-3; 0,0179 ± 2,4X10-3; 0,0291 ± 4,1X10-3; 0,0381 ± 2,5X10-3; dan 0,0613 ± 4X10-4%.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]