Pola Asuh Anak Pada Keluarga Tkw Di Desa Wonoasri Tempurejo, Jember
Abstract
Penelitian ini membahas mengenai pola asuh anak pada keluarga TKW.
Keluarga TKW merupakan salah satu keluarga yang memiliki sistem tidak
lengkap dalam mengasuh anak di desa Wonoasri Tempurejo Jember. Desa
Wonoasri terdiri dari 3.476 KK yang tersebar pada dua dusun di desa tersebut
yaitu dusun kraton dan curahlele. Total keseluruhan dari DesaWonoasri tersebut
dalam jumlah TKI mencapai diatas 700 orang atau 25% warga desa Wonoasri
bekerja sebagai buruh migrant, namun pada desa Wonoasri tenaga kerja wanita
mencapai 82% dan 18% untuk tenaga kerja laki-laki. Alasan peneliti memilih
lokasi di Desa ini karena Desa Wonoasri merupakan salah satu dari sekian banyak
desa di Jember selatan yang memiliki Peraturan Desa (Perdes) Desa Buruh
Migrant (Desbumi). Selain desa Wonoasri terdapat 3 desa lainnya di Jember
selatan yaitu desa Dukuh Dempok, Sabrang, dan Ambulu. Dari keempat desa
yang memiliki Perdes Desbumi, desa Wonoasri memiliki peringkat pertama dalam
banyaknya jumlah TKI/ TKW di Jember selatan. Fenomena yang terjadi ialah
beralihnya peran ibu pada keluarga besar (extended family) dalam pola
pengasuhan anak. Dengan beralihnya peran tersebut peneliti ingin mengetahui
pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua pengganti pada anak buruh
migrant.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keseharian keluarga
TKW guna mendapatkan gambaran tentang pola pengasuhan yang diterapkan oleh
orang tua pengganti pada anak, hambatan dan dampak yang terjadi ketika ibu
menjadi seorang TKW. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan menggunakan instrument kunci, pengambilan sumber
data dapat dilakukan secara snowball. Metode yang peneliti gunakan dalam
mengumpulan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan dari penelitian ini terdiri dari 12 orang keluarga TKW, 2 orang
guru sekolah dasar, 3 orang perangkat desa, 1 oramg guru mengaji dan 1 orang
anggota TNI AD. Hasil dari penelitian ini yaitu peneliti mendapatkan gambaran
pola asuh anak pada keluarga TKW di desa Wonoasri ini. Dimana peran ibu
beralih pada orang tua pengganti (extended family). Orang tua pengganti
(extended family) dalam keluarga TKW ini mayoritas menerapkan pola asuh
permisif, dan minoritas menggunakan pola asuh otoriter dan demokratis. Dalam
pola asuh lembaga sekolah lebih mengutamakan keranah pendidikan formal dan
menggunakan pola asuh demokratis. Pola asuh oleh lembaga Taman Pendidikan
Qur’an (TPQ) lebih menekankan kedisiplinan dan pembentukan akhlaq sejak dini
pada santriwan dan santriwatinya agar kelak ia dapat berguna bagi dirinya, orang
tua, masyarakat, bangsa dan negara. Pola asuh dari lembaga Migrant Care oleh
Desbumi menggunakan pola asuh Permisif. Dimana dari pihak migrant care dan
desbumi sudah memberikan berbagai program-program yang kedepannya baik
untuk masyarakat dan keluarga TKW, namun program-program terebut tidak
berjalan akibat minimnya kesadaran masyarakat akan program-program dari
desbumi. Dalam penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme structural milik
Parsons, yang dikenal sebagai skema AGIL (Adaptation, Goal Attaitment,
Integration, Latency). Asumsi dasar teori ini adalah semua elemen atau unsur
kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat
secara keseluruhan bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Teori ini memandang
masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan satu sama lainnya. Jika bagian satu tidak dapat berfungi dengan
baik, maka sistem tersebut tidak dapat bekerja secara maksimal atau tidak
berfungsi. Ketiadaan peran ibu dalam mengasuh anak, merupakan salah satu
bagian yang tidak berfungsi dalam sistem keluarga.
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jember