ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN POLA BILANGAN
Abstract
Pendidikan menurut Undang-Undang republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya untuk memiliki
kepribadian, kecerdasan, keterampilan yang diperlukan. Pendidikan terdiri dari
berbagai macam ilmu, seperti matematika. Matematika merupakan ilmu untuk
menumbuh kembangkan cara berpikir logis serta kritis menurut Hobri (2009:115).
Dalam matematika juga dapat dimunculkan kemampuan berpikir kreatif.
Kemampuan berpikir kreatif setiap individu berbeda-beda. Lingkungan juga
merupakan faktor menunjang maupun menghambat kemampuan kreatif individu.
Kreativitas individu dapat dilihat dari bagaimana cara mengerjakan permasalahan.
Maka permasalahan yang dipilih yaitu masalah terbuka (open dended) yang
diharapkan siswa dapat berpikir kreatif dengan menemukan berbagai alternatif
jawaban. Dalam penelitian ini dilakukan analisis kemampuan berpikir kreatif pada
pokok bahasan pola bilangan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mencakup tes kemampuan berpikir
kreatif, pedoman wawancara serta Lembar Kerja Siswa. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah tes kemampuan berpikr kreatif dan pedoman
wawancara. Sedangkan LKS digunakan sebagai LKS terbimbing sebelum peneliti
memberikan tes kemampuan berpikir kreatif. Data yang dianalisis adalah data dari
hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan hasil dari wawancara. Kegiatan pada
penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Jember kelas VIII-H dengan jumlah
siswa sebanyak 31 siswa.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari data yang diperoleh dalam
penelitian, maka dapat diketahui bahwa hanya beberapa siswa yang mampu dikatakan sangat kreatif karena siswa mampu memenuhi ketiga dari aspek
kemampuan berpikir kreatif, yaitu kelancaran, fleksibilitas, serta kebaruan. Siswa
yang mampu memenuhi ketiga aspek tersebut ketika dianalisis, siswa cenderung
tidak menuliskan informasi yang diperoleh dari permasalahan yang diberikan di
kotak diketahui dan ditanya, namun siswa sebenarnya mengerti informasi apa
yang diperoleh, sehingga siswa langsung mengerjakan perintah yang ada dalam
permasalahan yang diberikan. Sedangkan ketika diwawancara, siswa mampu
mengemukakan informasi yang dia ketahui. Pada lembar jawaban siswa, dia
mampu mengerjakan sesuai dengan petunjuk soal, yaitu siswa mampu membuat
susunan warna beserta rumusnya, dan membuat susunan serta pola yang dia
mengerti.
Pada penelitian ini, untuk siswa yang memenuhi aspek kelancaran dan
fleksibilitas, siswa juga tidak menuliskan informasi yang diperoleh dari
permasalahan, namun saat wawancara siswa mampu mengemukakan informasi
yang sudah diperoleh pada permasalahan. Siswa hanya memenuhi aspek
kelancaran dan fleksibilitas, karena siswa hanya mampu untuk mengerjakan atau
membuat susunan warna beserta rumusnya, serta membuat pola lain dari pola
yang sudah dibuat sebelumnya. Namun siswa tidak mampu memenuhi indikator
dari aspek yang lain yaitu siswa tidak menunjukkan pola yang berbeda dari siswa
lain.
Siswa yang memenuhi aspek kelancaran dan kebaruan, siswa mampu
membuat susunan warna hingga menentukan rumus, serta siswa mampu membuat
minimal 1 pola yang berbeda dari siswa lain. Kemudian untuk siswa yang
memenuhi aspek fleksibilitas dan kebaruan, siswa mampu membuat susunan
warna, namun siswa tidak dapat menyelesaikan hingga menentukan rumus, tapi
siswa mampu membuat pola yang berbeda dari siswa yang lain. Selanjutnya siswa
yang memenuhi aspek kelancaran dan fleksibilitas, siswa mampu membuat
susunan warna hingga menentukan rumus, serta mampu membuat pola lain dari
pola yang sudah dibuat sebelumnya. Setelah itu siswa yang hanya memenuhi
aspek kelancaran, siswa hanya mampu membuat susunan warna beserta rumusnya, namun tidak mampu membuat pola lain serta pola yang berbeda dari
teman yang lain. Untuk siswa yang hanya memenuhi aspek fleksibilitas saja,
siswa hanya mampu membuat banyak pola namun tidak mampu hingga
menentukan rumus dan pola yang dikerjakan sama seperti siswa yang lain. Yang
terakhir untuk siswa yang hanya memenuhi aspek kebaruan saja, siswa hanya
membuat 1 pola saja, namun pola yang dikerjakan berbeda dari teman yang lain