Efek Salep Ekstrak Biji Kakao (Theobroma Cacao L.) Konsentrasi 16% Terhadap Jumlah Fibroblas Dan Ketebalan Epitel Pada Mukosa Bukal Model Tikus Dengan Ulkus Traumatikus
Abstract
Prevalensi ulkus traumatikus pada rongga mulut sekitar 10-25%, dengan kasus sedang. Penyebab ulkus traumatikus dapat berasal dari trauma, infeksi, gangguan sistem imun, kelainan sistemik serta kelainan hormonal. Ulkus traumatikus biasanya dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien yang menderita penyakit tersebut. Pengobatan ulkus traumatikus menggunakan obat golongan antiinflamasi steroid, anestetikum, antibiotika, dan obat kumur. Obat golongan antiinflamasi steroid yang paling sering digunakan untuk pengobatan ulkus traumatikus adalah triamcinolone acetonide, yang sediaannya dapat dalam bentuk salep dan krim. Indikasi untuk triamcinolone acetonide topical antara lain untuk lesi akut dan kronik pada mukosa rongga mulut seperti erithema multiformis, oral submukosa fibrosis, bahkan lesi yang disebabkan karena trauma. Dalam penggunaan jangka panjang obat ini dapat menyebabkan adanya resistensi sistem kekebalan tubuh, dan atrofi sel epitel. Dengan adanya efek yang merugikan maka perlu dicari bahan alternatif lain dari bahan herbal, yang memiliki kelebihan yaitu bersifat antiinflamasi dan efek sampingnya rendah. Tanaman tersebut adalah dari biji kakao yang nantinya akan dibuat salep.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui efek salep ekstrak biji kakao (Theobroma cacao L.) terhadap jumlah fibroblas dan ketebalan epitel pada mukosa bukal tikus dengan ulkus traumatikus. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan dasar ilmiah tentang salep ekstrak biji kakao (Theobroma cacao L.) dalam mempercepat proses regenerasi jaringan fibroblas dan ketebalan epitel. Serta sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh salep ekstrak biji kakao (Theobroma cacao L.) dalam membantu proses penyembuhan ulkus traumatikus. Penelitian ini menggunakan rancangan the post test only control group design. Tikus diadaptasikan selama 1 minggu, lalu dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif (K1) hanya dilukai saja, kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak biji kakao (K2) dan kelompok dengan pemberian salep triamcinolone (P1). Tikus dianastesi dengan ketamin dan dilakukan pembuatan ulkus traumatikus pada mukosa bukal bagian kiri dengan diameter kurang lebih 10 mm dan kedalaman 2 mm. Pemberian salep triamcinolone dan salep ekstrak biji kakao secara topikal dan diberikan 2 kali dalam sehari. Pada hari ke-5 tikus dikorbankan dengan inhalasi ether dan dipotong mukosa bukal bagian kirinya yang telah dilakukan pembuatan ulkus traumatikus. Potongan tersebut difiksasi dengan larutan formalin 10%, selanjutnya didehidrasi menggunakan alkohol konsentrasi bertingkat, dan embedded menggunakan paraffin. Dilakukan juga pemotongan jaringan menggunakan rotary microtom; hasil potongan ditempatkan dalam gelas obyek dan dilakukan pengecatan Haematoxylin-Eosin. Penghitungan jumlah fibroblas dan ketebalan epitel dilakukan dengan mikroskop cahaya pada pembesaran 400x dengan 4 potongan di 3 lapang pandang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ketebalan epitel dan jumlah fibroblas yang paling tinggi adalah kelompok kontrol positif. Hal tersebut dikarenakan, salep triamcinolone merupakan salep golongan antiinflamasi steroid yang memiliki potensi sebagai obat antiinflamasi. Kelompok tertinggi selanjutnya adalah kelompok perlakuan salep ekstrak biji kakao. Diduga tanaman kakao ini mengandung zat-zat berupa flavonoid, katekin, epikatekin, theobromin, polifenol, serta kafein yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka. Data ketebalan epitel dan jumlah fibroblas paling sedikit adalah kelompok kontrol negatif. Hal tersebut terjadi, dikarenakan kelompok kontrol negatif hanya dilakukan intervensi berupa pembuatan lesi traumatik tanpa diberi obat.
Kesimpulan penelitian ini adalah salep ekstrak biji kakao dapat meningkatkan jumlah fibroblas dan ketebalan epitel pada model tikus dengan ulkus traumatikus
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]