Penjernihan Sari Buah Apel Menggunakan Membran Selulosa Asetat Dengan Variasi Jumlah Sodium Dodecyl Sulfate (Sds)
Abstract
Sari buah apel merupakan salah satu jenis pengolahan buah apel yang
berpotensi untuk memperpanjang masa simpan buah apel. Pembuatan sari buah apel
jernih terkendala oleh kandungan pektin yang tinggi pada apel yang dapat
menyebabkan sari buah bersifat keruh dan terdapat endapan. Salah satu teknologi
untuk mengatasi kendala ini adalah teknologi membran, khususnya membran
ultrafiltrasi. Teknologi ini untuk memisahkan komponen koloidal termasuk pektin
sehingga menghasilkan sari buah apel yang lebih jernih. Membran dapat dibuat
menggunakan teknik inversi fase. Komponen penting dalam pembuatan membran
dengan teknik adalah pemilihan material membran, komposisi larutan dope,
komposisi pelarut, serta penambahan zat aditif akan mempengaruhi pembentukan
pori pada membran. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi
jumlah penambahan surfaktan anionik Sodium Dodesil Sulfat (SDS) sebagai zat
aditif pada pembuatan membran selulosa asetat terhadap kinerja membran selulosa
asetat dalam proses penjernihan sari buah apel.
Pembuatan membran selulosa asetat menggunakan teknik inversi fase
dengan pengendapan immersi. Variabel dalam pembuatan membran selulosa asetat
adalah jumlah penambahan SDS dalam larutan dope sebanyak 0–3% Karakterisasi
kinerja membran meliputi uji fluks air, koefisien permeabilitas air, serta koefisien
rejeksi dekstran 40 kDa. Membran yang telah dikarakterisasi selanjutnya digunakan
untuk penjernihan sari buah apel (uji fluks, koefisien rejeksi pektin, %transmitansi
sari buah apel). Tekanan yang digunakan untuk uji fluks air, penentuan koefisien
dekstran 40 kDa dan penjernihan sari buah apel yaitu 2 bar, serta untuk penentuan
koefisien permeabilitas air yaitu 1; 1,5; 2; 2,5; 3 bar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan SDS ke dalam larutan
dope mempengaruhi kinerja membran selulosa asetat. Fluks air membran selulosa
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah SDS dari 0% hingga 2,5% dengan
nilai fluks terbesar yaitu 96,67 L/m2jam, kemudian menurun pada penambahan
SDS sebanyak 3%. Koefisien permeabilitas air meningkat pada membran dengan
penambahan SDS 0-2% dengan nilai terbesar yaitu 63,08 L/m2 jam bar, kemudian
menurun kembali pada SDS 2,5%-3%. Koefisien rejeksi dekstran pada variasi
membran tersebut memiliki tren yang berbanding terbalik dengan koefisien
permeabilitas. Koefisien rejeksi dekstran semakin menurun pada membran dengan
penambahan SDS 0-2% dengan nilai terkecil yaitu 21,70%, kemudian semakin
meningkat pada penambahan SDS 2,5-3% dengan nilai terbesar yaitu 50,53%.
Karakterisasi kinerja membran selanjutnya dilakukan pada aplikasi
penjernihan sari buah apel meliputi uji fluks, koefisien rejeksi pektin, dan
pengukuran %transmitansi pada panjang gelombang 625 nm. Hasil yang diperoleh
yaitu fluks sari buah apel memiliki tren yang sama dengan fluks air. Membran
dengan penambahan SDS 2,5% menghasilkan nilai fluks terbesar yaitu 22,88 L/m2
jam. Koefisien rejeksi pektin dan %transmitansi permeat sari buah apel juga
memiliki tren yang sama dengan koefisien rejeksi dekstran. Koefisien rejeksi
terbesar pada penambahan SDS 3% yaitu 51,82% dengan tingkat kejernihan sari
buah apel meningkat dari 35,1% menjadi 93,50%. Membran tersebut dianggap
dapat menahan molekul pektin cukup besar ditunjukkan dengan peningkatan
kejernihan. Membran selulosa asetat yang ditambahkan SDS hingga 2-2,5% akan
meningkatan nilai fluks namun menurunkan koefisien rejeksinya, sedangkan
membran dengan penambahan SDS dengan jumlah berlebih menyebabkan
penurunan fluks kembali namun koefisien rejeksinya meningkat lebih besar
dibandingkan dengan membran selulosa asetat tanpa penambahan SDS. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut
mengenai penjernihan sari buah menggunakan teknologi membran ultrafiltrasi.