Karakterisasi Konsentrasi Tanin Pada Teh Hitam Dan Teh Hijau Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis
Abstract
Teh merupakan produk minuman yang bersumber dari alam dan sudah
lama digunakan oleh masyarakat diseluruh dunia. Senyawa utama yang
terkandung dalam teh hitam dan teh hijau yaitu tanin. Tanin di dalam teh
merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang memiliki beberapa khasiat.
Dari beberapa khasiat tersebut, tanin berada pada komponen bioaktif yaitu
polifenol yang secara optimal terkandung di dalam daun teh yang murni. Daun teh
yang murni tersebut mengandung senyawa tanin sekitar 5 - 15%. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa jika teh mengandung tanin melebihi daun teh
murni yaitu 5-15% maka banyak ditemukan penambahan ataupun pemalsuan zat
murni tanin pada teh yang beredar dipasaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi konsentrasi
tanin pada teh berdasarkan nilai absorbansi didaerah panjang gelombang sinar
tampak dan mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap nilai absorbansi tanin.
Metode Spektrofotometri ini memberikan cara sederhana untuk menentukan
jumlah konsentrasi tanin pada teh hitam dan teh hijau.
Penelitian ini menggunakan sampel yang telah ditimbang sebanyak 10
gram (teh hitam dan teh hijau) dimasukkan ke dalam wadah maserasi, kemudian
ditambahkan pelarut 200 ml etanol 70% dan diaduk. Setelah itu wadah maserasi
yang berisi teh dan etanol 70% tersebut ditutup dan disimpan selama 18 jam.
Selanjutnya disaring menggunakan kertas saring dan dipisahkan antara ampas dan
filtratnya. Kemudian filtratnya tersebut diuapkan menggunakan rotari evaporator
sampai diperoleh ektrak cair. Selanjutnya dari ekstrak cair tersebut menghasilkan
50 mg kemudian dilarutkan kedalam aquades sebanyak 50 ml dan diaduk. Setelah
itu dipipet 1 ml sampel teh yang sudah diekstrak kemudian dimasukkan kedalam
labu yang berukuran 10 ml dan ditambahkan 7,5 ml aquabidestilata, setelah itu
ditambahkan 0,5 ml pereaksi folin denis dan didiamkan selama 3 menit setelah itu
ditambahkan 1 ml larutan Na2CO3 jenuh dan diinkubasi selama 15 menit di dalam
ruangan. Setelah itu diukur menggunakan Spektrofotometer untuk menentukan
nilai absorbansi pada panjang gelombang daerah sinar tampak (400 – 800 nm).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan variasi konsentrasi tanin
dan nilai absorbansi pada panjang gelombang 740 nm diperoleh persamaan y =
0,0101x – 0,0224 dengan nilai koefisien determinasi 0,9906. Hal ini menunjukkan
bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan nilai absorbansi sehingga semakin
besar nilai konsentrasi pada tanin maka nilai absorbansinya semakin besar. Hasil
nilai absorbansi pada teh hitam dan teh hijau mempunyai panjang gelombang 743
nm dengan nilai absorbansi maksimum 0,598, sedangkan pada teh hijau
mempunyai panjang gelombang 749 nm dengan nilai absorbansi maksimum
1,085. Kemudian hasil pengukuran konsentrasi tanin menggunakan pada panjang gelombang 740 nm sesuai grafik yang diperoleh dari keenam variasi tersebut
sehingga diperoleh teh hijau lebih baik dari pada teh hitam karena konsentrasi
pada teh hijau lebih besar dari pada teh hitam yaitu sebesar 10,746% sedangkan
teh hitam sebesar 6,310 %. Jumlah konsentrasi tanin pada teh hitam dan teh hijau
ini tidak ada penambahan atau pemalsuan zat murni tanin karena batas yang
ditentukan jumlah konsentrasi tanin mengandung sekitar 5 – 15 %. Sedangkan
jumlah konsentrasi tanin jika dikonversi ke dalam (mg) maka menjadi 3,155 mg
pada teh hitam, sedangkan teh hijau 5,373 mg. Jumlah tanin ini sudah memenuhi
syarat sebagai bahan pangan dan bermanfaat untuk kesehatan karena tanin
maksimal dalam bahan makanan yang telah ditetapkan oleh Acceptable Daily
Intake (ADI) adalah 560 mg/ kg berat badan per hari. Tanin bukan merupakan zat
gizi namun dalam jumlah kecil dapat bermanfaat bagi kesehatan. Pada beberapa
olahan teh, kandungan tanin ini dipertahankan dalam jumlah tertentu dengan
tujuan untuk memberikan nilai fungsional.