Analisis Pengendalian Kualitas Cacat Produk Sarden Kaleng Kemasan 425 Gram Dengan Menggunakan Metode Six Sigma
Abstract
Dunia usaha saat ini mengalami kemajuan yang semakin pesat, ditandai
dengan banyaknya perusahaan yang bermunculan dengan berbagai macam usaha ,
bahkan dengan tipe usaha yang sejenis sehingga persaingan yang terjadi diantara
pengusaha semakin ketat. Pada dasarnya setiap perusahaan didirikan untuk
memenuhi sebagian kebutuhan dari konsumen, disamping itu juga untuk
mendapatkan suatu kepuasaan dari konsumen. Dalam hal ini sebuah perusahaan
dituntut untuk terus menjaga kualitas produknya supaya tingkat keberhasilan dari
proses produksi dapat terpenuhi
Ikan sarden merupakan ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia dalam berbagai bentuk olahan. Jenis ikan sarden yang banyak terdapat di
Indonesia adalah ikan lemuru (Sardinella sp.). Karena nama lemuru kurang dikenal di
masyarakat, maka dipergunakanlah nama sarden yang juga merupakan nama genus
dari ikan lemuru. (Rasyid,2003)
Prinsip pengolahan ikan pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari
pembusukan dan kerusakan. Selain itu juga untuk memperpanjang daya awet dan
mendiversifikasikan produk olahan hasil perikanan . Adanya diversifikasi produk,
maka dapat menambah nilai jual dari ikan itu sendiri dan memberi pilihan bagi
konsumen dalam menikmati ikan yang dapat terdiri dari berbagai jenis olahan.
Menurut Rasyid (2003), pada pengolahan ikan sarden terdapat beberapa cara yaitu
dalam bentuk ikan kaleng, pindang, ikan asin dan tepung. Penelitian ini berupa analisis pengendalian cacat produk sarden kaleng
kemasan 425 gram dengan menggunakan metode six sigma .Langkah-langkah yang
digunakan yakni DMAIC (Define, measure, analys, improve, control), Metode ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan proses perusahaan dengan nilai DPMO
(defects per million opportunities) sebesar 3,4.
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data diperoleh jumlah cacat
sarden kaleng kemasan 425 gr yaitu cacat penyok sebesar 540 atau 14,67%, cacat
kembung (sweels) sebesar 435 atau 11,81%, cacat Knocked down flange (KDF)
sebesar 2707 atau 73,52%. Sehingga dapat diketahui cacat kaleng dominan yang ada
di PT MAYA yaitu cacat knocked down flange (KDF).
Berdasarkan perhitungan Six Sigma dan analisis diagram fishbone dapat
diketahui faktor penyebab cacat dominan sarden kaleng knocked down flange (KDF)
dibagi menjadi 5 faktor utama yang berpengaruh secara signifikan yaitu manusia,
mesin, metode, material dan lingkungan. Dimana poin penting penelitian terletak
pada faktor mesin yaitu mesin seamer. Sehingga dianalisis bahwa faktor mesin adalah
faktor utama yang dapat menimbulkan cacat, yaitu seaming chuck tidak stabil,
seaming roll aus, , putaran seaming roll di setiap kepala head tidak lancar.Seaming
chuck tidak stabil, identifikasi tindakanya adalah melakukan pengecekan terhadap
baut setelan seaming chuck setiap 1 jam sekali , untuk melihat kondisi baut apakah
masih dalam tahap toleransi , dan sebaiknya melakukan penggantian baut penyetel
Seaming chuck yang baru apabila drat pengunci sudah mulai aus. Seaming roll aus,
Identifikasi tindakanya dengan melakukan perawatan dengan cara memoles dengan
menggunakan cairan poles dan kain halus supaya seaming roll terlihat halus dan
mengkilat. bilamana sudah dalam kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan
perawatan maka harus dilakukan penggantian seaming roll dengan yang baru. Putaran
seaming roll di setiap kepala head tidak lancar, identifikasi tindakanya adalah saat
satu jam sekali mesin seamer dimatikan beberapa saat dan dilakukan pengecekan
apakah putaran dari seaming roll lancar atau tidak, jika masih lancar maka dibiarkan
terlebih dahulu untuk beberapa saat sampai waktu inspeksi selanjutnya , apabila
masih kurang lancar maka dilakukan proses pelumasan seaming roll.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]