dc.description.abstract | Pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 menuntut siswa untuk memiliki
kemampuan HOTS (High Order Thinking Skills). HOTS sangat diperlukan untuk
meningkatkan kinerja yang kritis, serta berkuliatas tinggi yakni melalui proses
pembelajaran yang disertai dengan sistem, materi, dan sumber daya yang baik.
Namun pada kenyataannya, kemampuan HOTS siswa di Indonesia masih rendah.
Hal tersebut karena pembelajaran yang ada saat ini kurang merangsang siswa
untuk memiliki kemampuan HOTS. Kemampuan HOTS menuntut siswa untuk
berpikir tingkat tinggi atau berpikir lebih kritis, sehingga kemampuan intelektual
yang dimiliki siswa dapat berkembang. Salah satu kemampuan berpikir kritis
yaitu kemampuan dalam memberikan penjelasan ilmiah terkait sebab akibat suatu
permasalahan secara sederhana yang terdiri dari keterampilan memberikan
pertanyaan, menganalisis suatu argumen, dan keterampilan dalam menjawab suatu
pertanyaan.
Penalaran hipotesis deduktif memberikan kesempatan pada siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri. Selain itu juga dapat membentuk dan
mengembangkan konsep diri siswa, sehingga siswa terhindar dari cara belajar
dengan mengahafal, dan memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi. Proses kegiatan belajar hendaknya membiarkan siswa
untuk mencari dan menemukan sendiri dari apa yang dipelajari. Siswa
memerlukan kesempatan untuk mampu memecahkan masalah. Sains tidak hanya
penguasaan konsep tetapi juga proses dalam menyelesaikan masalah. Jadi siswa
perlu dituntut agar mampu memunculkan dan melatih keterampilan proses sains
(KPS). KPS diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan tindakan dalam
belajar sains, sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum, dan fakta.KPS secara rill dapat meningkatkan hasil belajar serta membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman lebih.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kemampuan penalaran
hipotesis deduktif dan keterampilan proses sains siswa SMK pada pokok bahasan
rangkaian arus sederhana melalui kegiatan percobaan. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif yang dilaksanakan pada salah satu SMK di Jember.
Penentuan responden menggunakan metode purposive sampling. Metode
pengumpulan data meliputi tes dan wawancara. Teknik analisa data yaitu
menghitung rata - rata kemampuan penalaran hipotesis deduktif dan keterampilan
proses tiap indikator, serta menghitung persentase kemampuan penalaran
hipotesis deduktif dan keterampilan proses sains SMK dan mengkategorikannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas X - Alat Berat, X -
Multimedia, dan X - Teknik Komputer Jaringan, diperoleh data bahwa
kemampuan penalaran hipotesis deduktif memiliki persentase 56,28% dan
keterampilan proses sains memiliki persentase 53,96%. Indikator yang nilainya
paling tinggi pada kemampuan penalaran hipotesis deduktif dan keterampilan
proses sains, yaitu rencana untuk menguji hipotesis. Indikator yang paling rendah
pada kemampuan penalaran hipotesis deduktif, yaitu hasil prediksi dan pada
indikator keterampilan proses sains, yaitu kesimpulan. Tingginya nilai pada
indikator rencana untuk menguji hipotesis menunjukkan bahwa siswa memahami
prosedur untuk menyelesaikan permasalahan. Sementara indikator terendah pada
kemampuan penalaran hipotesis deduktif disebabkan karena siswa kurang
memahami konsep dari rangkaian arus sederhana sehingga prediksi yang
dituliskan kurang tepat. Untuk indikator terendah pada ketermpilan proses sains
disebabkan karena siswa tidak menuliskan hipotesis diterima atau ditolak serta
tidak memberikan alasan sesuai dengan teori. Dari perolehan persentase tes yang
dilakukan pada 3 kelas tersebut menunjukkan bahwa siswa SMK Negeri 2 Jember
memiliki kemampuan penalaran hipotesis deduktif dan keterampilan proses sains
dengan kategori sedang atau cukup. | en_US |