Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan Emosional Dengan Kecenderungan Kepribadian Narsistik Pada Remaja Pengguna Media Sosial Di SMA Negeri 2 Jember
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara tingkat kecerdasan emosional dengan kecenderungan kepribadian narsistik pada remaja pengguna media sosial di SMA Negeri 2 Jember. Jenis penelitian ini adalah analytic correlation dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 253 orang dengan teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner kecerdasan emosional dan kuesioner kepribadian narsistik. Uji statistika yang digunakan adalah korelasi uji Spearman dengan nilai signifikan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 52,2%, sedangkan jenis kelamin laki-laki adalah 47,8%.
Berdasarkan usia responden yaitu usia 15-18 tahun merupakan kriteria dari responden dalam penelitian ini dengan usia paling banyak adalah 16 tahun yaitu sejumlah 56,1%. Jika dilihat berdasarkan media sosial yang digunakan oleh responden yang paling banyak digunakan oleh siswa di SMA Negeri 2 Jember yaitu Whatsapp sebesar 99,2%, media sosial yang diminati selanjutnya adalah Youtube sebesar 71,1%, dan yang mempunya skor tertinggi ketiga adalah Instagram sebesar 61,7%, sedangkan media sosial yang kurang diminati oleh siswa di SMA Negeri 2 Jember yang memiliki skor terendah adalah BBM yaitu hanya sebesar 7,9%.
Hasil uji ststistika menunjukkan ada hubungan antara tingkat kecerdasan emosional dengan kecenderungan kepribadian narsistik pada remaja pengguna media sosial di SMA Negeri 2 Jember dengan p-value= 0,011 (<0,05). Aspek kepribadian narsistik yang paling tinggi adalah fantasi kesuksesan yang dapat membawa individu tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan karena adanya persaingan sehingga tidak mampu mengeksploitasi hubungan interpersonal. Kepribadian narsistik meningkat seiring berkembangnya usia karena individu akan terus mencari jati dirinya. Sehingga dibutuhkan pengaturan emosi yang dimulai dari pola asuh orang tua dan pendidikan emosi di sekolah. Peran guru sangat dibutuhkan dalam membimbing siswa di sekolah untuk membentuk kepribadian siswa yang baik, dan dapat memberikan pendidikan dengan cara berdiskusi untuk menjadikan siswa memahami interaksi sosial dan kerjasama dengan baik serta pemahaman tentang sikap menghargai untuk menghindari kepribadian narsistik yang maladaptif. Sedangkan perawat adalah sebagai role model bagi pasien dan keluarga untuk meminimalkan dampak yang buruk bagi individu yang rentan memiliki kepribadian narsistik.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]