Show simple item record

dc.contributor.advisorAzizah, Laili Nur
dc.contributor.authorR, Muhamad Samudra
dc.date.accessioned2018-11-19T01:09:09Z
dc.date.available2018-11-19T01:09:09Z
dc.date.issued2018-11-19
dc.identifier.nim152303101100
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/88130
dc.description.abstractPenyakit Paru Obstruktif Kronik merupakan penyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ketahun. Hal ini disebabkan karena tingginya pajanan faktor resiko, seperti pencemaran udara dan banyaknya jumlah perokok. Dari penyebab tersebut, kebiasaan merokok merupakan penyebab utama yang paling banyak di derita oleh pasien PPOK, ditambah lagi Indonesia merupakan Negara yang mempunyai jumlah kebiasaan merokok tertinggi ketiga di dunia. Hal ini dikarenakan, kandungan tembakau yang terdapat di dalam rokok dapat merangsang peradangan yang dapat merusak jaringan persarafan dan juga dapat merangsang produksi sputum sehingga akan menimbulkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Jika masalah ini tidak teratasi, terutama akibat dari tertimbunnya produksi sputum yang berlebihan maka akan mengakibatkan komplikasi paru hingga sampai mengakibatkan kematian. Metode penulisan ini adalah studi kasus terhadap 2 klien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dengan diagnosis keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi terhadap klien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), serta dilakukannya pengambilan studi kasus selama 5 hari pada klien 1 dan dilakukan selama 4 hari perawatan pada klien 2. Hasil studi kasus yang dilakukan penulis di RSUD dr. Haryoto Lumajang pada klien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas, terdapat 10 batasan karakteristik yaitu, suara napas tambahan, perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan, sianosis, kesulitan untuk berbicara, penurunan suara napas, sputum berlebihan, batuk efektif atau tidak ada, ortopnea, gelisah serta mata terbelalak. Intervensi dan implementasi keperawatan dilakukan tindakan manajemen jalan napas (pengaturan perubahan posisi di tempat tidur, fisioterapi dada dan latihan pernafasan pursed lips breathing) dan tindakan peningkatan manajemen batuk (latihan nafas dalam dan teknik batuk efektif). Pada tahap evaluasi keperawatan, yaitu dari 7 kriteria hasil terdapat 6 kriteria hasil yang berhasil dicapai selama perawatan 5 hari pada tindakan keperawatan manajemen jalan napas (pengaturan perubahan posisi di tempat tidur, fisioterapi dada dan latihan pernafasan pursed lips breathing) dan tindakan peningkatan manajemen batuk (latihan nafas dalam dan teknik batuk efektif).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPenyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)en_US
dc.titleAsuhan Keperawatan Pada Tn. S Dan Tn. K Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang Melati Rsud Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018en_US
dc.typeDiploma Reporten_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record