Show simple item record

dc.contributor.advisorSUSILO, Djoko
dc.contributor.advisorYUNIATI, Sri
dc.contributor.authorNugraha, Sapta
dc.date.accessioned2018-11-14T03:02:17Z
dc.date.available2018-11-14T03:02:17Z
dc.date.issued2018-11-14
dc.identifier.nimNIM140910101035
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/88012
dc.description.abstractMenurut Undang – Undang No. 24 Pasal 44 Tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan, telah terjadi peningkatan fungsi Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi bahasa nasional melainkan menjadi bahasa internasional. Bahasa internasional yang dimaksud adalah bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi antar bangsa. Dengan adanya Undang – Undang yang mengatur perihal tersebut, tentu menjadi tanggung jawab semua pihak, mulai dari masyarakat hingga Pemerintah Indonesia. Menurut The U. S. Foreign Institute, Bahasa Indonesia masuk pada kategori bahasa yang mudah dipelajari dan membutuhkan waktu yang cukup singkat untuk belajar Bahasa Indonesia. Namun demikian, terhitung sejak tahun 2009, Bahasa Indonesia masih belum diterima dan diakui menjadi bahasa internasional. Hal ini dikarenakan adanya stagnasi dari usaha pemerintah dalam menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Dalam penelitian ini, yang menjadi pokok permasalahan adalah strategi diplomasi Pemerintah Indonesia dalam menjadikan Bahasa Indonesia sebagai lingua franca di kawasan Asia Tenggara. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Metode penelitian tersebut menitikberatkan pada penggunaan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan pihak lain dan bukan pengamatan langsung. Sumber data sekunder yang digunakan yaitu situs internet atau situs resmi milik pemerintah, media cetak, buku cetak ataupun buku elektronik, serta jurnal ilmiah. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Data – data dianalisis, kemudian dideskripsikan hingga memunculkan sebuah kesimpulan terhadap permasalahan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai lingua franca di kawasan Asia Tenggara, Pemerintah Indonesia melakukan dua strategi, yaitu melibatkan masyarakat Indonesia dan menciptakan citra positif Bahasa Indonesia terhadap masyarakat internasional. Strategi pertama dijalankan dengan melibatkan masyarakat Indonesia dalam penyusunan kurikulum pada program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dan melibatkan masyarakat Indonesia sebagai tenaga pengajar Bahasa Indonesia yang akan ditugaskan ke luar negeri. Strategi kedua yakni menciptakan citra positif Bahasa Indonesia terhadap masyarakat internasional melalui media pesan – pesan lisan berupa pembelajaran Bahasa Indonesia pada pusat kebudayaan Indonesia di negara setempat dan pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries140910101035;
dc.subjectLingua Francaen_US
dc.subjectStrategi Indonesiaen_US
dc.subjectKawasan Asia Tenggaraen_US
dc.titleStrategi Indonesia Dalam Menjadikan Bahasa Indonesia Sebagai Lingua Franca Di Kawasan Asia Tenggaraen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record