Determinan Stres Kerja Pada Penjaga Palang Pintu Rel Kereta Api Resmi Resort 9.6 Daerah Operasi IX Di Kabupaten Jember
Abstract
Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting
dalam pembangunan ekonomi. Buruknya pembangunan subsektor transportasi
akan menghambat roda perekonomian masyarakat. Salah satu transportasi yang
memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam mengangkut
penumpang secara massal, hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang dan
memiliki jalur tersendiri adalah kereta api. Berdasarkan data dari Direktorat
Jenderal Perkeretaapian persentase penyebab kecelakaan kereta api yang terjadi
sepanjang 2010-2016 di luar faktor eksternal, didominasi oleh prasarana dengan
41%, disusul dengan human error 33% dan oleh penyebab lainnya 26%.
Kecelakaan akibat human error perlu mendapat perhatian khusus, karena
berhubungan dengan kesalahan manusia yang sebetulnya bisa dicegah. Salah satu
contoh dari human error adalah penjaga palang pintu yang tidak disiplin dalam
menutup palang pintu rel kereta api. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
penjaga palang pintu lalai seperti kurangnya jam istirahat hingga mudah lelah saat
berjaga dan menurunnya tingkat konsentrasi. Beberapa faktor diatas juga masuk
ke dalam gejala dari stres kerja. Stres kerja adalah ketidakmampuan pekerja untuk
menghadapi tuntutan tugas yang berkibat ketidaknyamanan dalam bekerja. Stres
dapat menyerang siapa saja terutama pada pekerjaan yang tidak dinamis atau tidak
banyak bergerak seperti penjaga palang pintu rel kereta api.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui determinan stres kerja pada
penjaga palang pintu rel kereta api daerah operasi IX resort 9.6 Kabupaten
Jember. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, jenis penelitian
analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 47 pekerja dan sampelnya 42 pekerja dan teknik pengambilan ssampel
menggunakan random sampling. Beberapa variabel yang masuk dalam
determinan stres adalah karakteristik individu (umur, status pernikahan, masa
kerja, jumlah anak), upah/gaji dan kelelahan kerja yang akan dihubungkan
dengan stres kerja menggunakan kuesioner Occupational Stres Inventory –
Revisied Edition(OSI-RTM)
Hasil penelitian ini pada faktor individu sebagai berikut: sebagian besar
responden memiliki umur 25-40 tahun, memiliki masa kerja 1-5 tahun, memiliki
status pernikahan sudah menikah, dan memiliki jumlah anak < 3, sedangkan untuk
upah/gaji sebagian besar responden memiliki upah/gaji Rp.1.500.000-
Rp.3.500.000, selanjutnya untuk kelelahan kerja yang dialami responden sebagian
besar mengalami kelelahan berat, lalu untuk stres kerja sebagian besar responden
mengalami stres berat. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Spearman dan
Chi Square faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada penjaga palang pintu
rel kereta api resort 9.6 Kabupaten Jember adalah dari umur, masa kerja , status
pernikahan dan upah/gaji dengan p value < 0,05 dan memiliki arah negatif yang
artinya semakin besar atau banyak nilai dari variabel tersebut akan menghasilkan
tingkat stres yang lebih rendah. Faktor yang tidak berhubungan adalah jumlah
anak (p value=0,122) dan kelelahan kerja (p value=0,803).
Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah bagi
perusahaan meningkatkan intensitas kunjungan ke tiap JPL, melakukan
pengukuran stres kerja secara berkala kepada penjaga palang pintu,
memperhatikan kesejahteraan upah/gaji yang diterima oleh penjaga palang pintu
rel kereta api. Bagi pekerja mengatur jam istirahat dengan baik dan lebih terbuka
kepada atasan. Bagi peneliti selanjutnya meneliti faktor-faktor lain seperti tingkat
kesejahteraan, faktor fisik dan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi stres
pada penjaga palang pintu rel kereta api, memkombinasikan antara alat ukur
subjektif dengan objektif ketika melakukan pengukuran.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]