dc.description.abstract | Acquired Immunodeficienccy Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan dari
beragai gejala penyakit yang disebabkan oleh retrovirus yaitu Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sehingga menyebabkan sistem imun menurun.
Permasalahan penyakit HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat
luas yang menjadi tanggungjawab bersama dan bukan hanya terbatas sebagai
masalah kesehatan penyakit menular. Pihak pemerintah mempunyai
tanggungjawab dalam penanggulangan HIV dan AIDS baik dari segi kebijakan
dan pengalokasian anggaran. Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam
kategori Upper lower middle income country yang wajib hukumnya untuk
melakukan pengembangan strategi pembiayaan yang lebih masif sebagai upaya
untuk menyelesaikan permasalahan kekurangan sumber dana kesehatan
penanggulangan HIV dan AIDS pasca GF.
Pembiayaan penanggulangan HIV dan AIDS pada tahun 2016 berasal dari
Dana Alokasi Umum (DAU) dan dana hibah Global Fund (GF) sebesar Rp.
481.925.250,00, dengan rincian 70% dari total pembiayaan tersebut dibiayai oleh
dana hibah Global Fund (GF). Hal ini membuktikan bahwa Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember masih bergantung pada mitra internasional. Oleh sebab itu,
Pemerintah Kabupaten Jember harus berbenah. Strategi yang ditempuh dalam
mengatasi hal ini adalah pengembangan kebijakan kesehatan berbasis bukti.
Pemerintah dalam hal ini telah membuat sebuah alat atau instrument Health
Account (HA) yang dapat memberikan gambaran pengeluaran pembiayaan
kesehatan berdasarkan bukti dan menganilisa pengeluaran kesehatan terkini.
Mengingat besarnya peranan pembiayaan kesehatan program HIVdan AIDS,
maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pembiayaan program penanggulangan HIV dan AIDS melalui pendekatan Health Account
(HA) di Kabupaten Jember.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian ini
dilaksanakan di Kabupaten Jember. Responden dalam penelitian ini adalah
Penanggungjawab program penanggulangan HIV dan AIDS Dinkes Jember,
Kepala Bidang Pengelolaan dan P2 Dinkes Jember, Kepala Bidang Program dan
Informasi Dinkes Jember, Kepala Bagian Keuangan Dinkes Jember, Kepala
Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Jember, Ketua Komisi Penanggulangan
AIDS, Penanggungjawab program penanggulangan HIV dan AIDS Dinsos
Jember, Ketua Yayasan LASKAR, Ketua LSM Ogawa, Ketua LSM KDS Pelangi,
Kepala Poli VCT dan CST RSD Balung, Kepala Poli Interna RSD Kalisat, Kepala
Poli VCT dan CST RSD dr. Soebandi. Data pada penelitian ini dikumpulkan
dengan cara wawancara dan studi dokumen kemudian dianalisis menggunakan
pivot table dalam Microsoft Excel.
Hasil penelitian diketahui bahwa pembiayaan program penanggulangan
HIV dan AIDS sebagian besar bersumber dari dana APBD yang dikelola oleh
Dinas Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah. Fungsi kesehatan
pembiayaan program penanggulangan HIV dan AIDS digunakan untuk program
deteksi dini penyakit HIV dengan alokasi dana sebesar 1.031.883.170. Program
penanggulangan HIV dan AIDS menyerap dana sebesar 1.976.277.470. Akan
tetapi jenis kegiatan program penanggulangan HIV dan AIDS lebih banyak
digunakan untuk operasional tidak langsung dan dilakukan di tingkat kabupaten/
kota yang sebagian besar penerima manfaat pembiayaan adalah kelompok usia
produktif. Kelompok usia produktif tersebut sebagian besar adalah lesbian, gay,
biseksual, transgender, dan wanita pekerja seks.
Saran untuk pengelola pembiayaan seharusnya dapat menyusun anggaran
yang lebih efektif, efisien dan akuntabel. Pembiayaan kegiatan program
penanggulangan HIV dan AIDS seharusnya dapat dikelola secara optimal untuk
menjangkau masyarakat hinga ke desa. Selain itu, pembiayaan program
penanggulangan HIV dan AIDS dapat memberi manfaat untuk anak-anak dan
remaja sebagai upaya investasi generasi penerus bangsa. | en_US |