Show simple item record

dc.contributor.advisorFibriansari, Rizeki Dwi
dc.contributor.authorYuliyanto, Bagus
dc.date.accessioned2018-11-08T06:32:38Z
dc.date.available2018-11-08T06:32:38Z
dc.date.issued2018-11-08
dc.identifier.nimNIM152303101066
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/87723
dc.description.abstractPenyakit Tuberkulosis paru saat ini telah menjadi ancaman global, hamper sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi TB. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Seseorang terinfeksi tuberkulosis paru yang tidak dapat melakukan batuk efektif akan mengalami peningkatan dan penumpukan sekret pada saluran pemapasan. Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas ini harus mendapatkan penanganan yang serius. Pada pasien dengan penumpukan sekret dan terjadi obstruksi jalan napas, dapat mengalami sesak napas yang akan mengganggu proses oksigenasi dimana apabila tidak terpenuhi akan menyebabkan metabolisme sel terganggu, dan terjadi kerusakan pada jaringan otak apabila hal tersebut berlangsung lama akan menyebabkan kematian. Metode penulisan ini adalah studi kasus terhadap 2 klien penyakit TB paru dengan diagnosa keperawatan ketidak efektifan bersihan jalan nafas. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi terhadap klien penyakit paru, serta dilakukannya pengambilan studi kasus selama 3 hari pada klien 1 dan dilakukan selama 3 hari perawatan pada klien 2. Hasil studi kasus yang dilakukan penulis di RSUD dr. Haryoto Lumajang pada klien penyakit TB paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas, terhadap 11 batasan karakteristik yaitu, dispnea, suara napas tambahan (mis.,rale, crackle, ronki dan mengi), perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan, sianosis, kesulitan untuk berbicara, penurunan suara napas, sputum berlebihan, batuk tidak efektif atau tidak ada, ortopnea, gelisah, mata terbelalak. Intervensi dan implementasi keperawatan dilakukan tindakan manajemen jalan nafas, pengaturan posisi, peningkatan manajemen batuk dan bantuan ventilasi. Pada tahap evaluasi keperawatan, yaitu evaluasi keperawatan hari ketiga, pasien 1 masalah teratasi karena sudah menunjukkan sudah tidak mengeluh sesak lagi, sedangkan pasien 2 masalah belum teratasi karena pasien masih mengeluh sesak dan pasien sudah dapat batuk efektif secara mandiri dengan dampingan keluarga. Pada hari ke 3 pasien 1 dan 2 sudah diperbolehkan pulang oleh dokter yang bertanggung jawab atas pasien. Diharapkan penulis selanjutnya mampu mengidentifikasi dengan baik dan cermat terhadap keluhan pasien tidak hanya masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas, tetapi juga berfokus pada masalah keperawatan yang lain salah satunya resiko infeksi, hal ini berhubungan semakin tingginya resiko penularan TB dimasyarakat yang bisa menyebabkan orang terdiagnosis TB. Perawat juga diharapkan mampu memberikan proses asuhan keperawatan TB Paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Ruang Melati. Hal ini dikarenakan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada klien penyakit TB Paru dapat menimbulkan penumpukan sekret yang berlebih. Perawat perlu melakukan tindakan keperawatan yang tepat seperti melakukan intervensi yang sesuai dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafasen_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries152303101066;
dc.subjectTuberkulosis Paruen_US
dc.subjectTn.D Dan Tn.Sen_US
dc.titleAsuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Pada Tn.D Dan Tn.S Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang Melati RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018en_US
dc.typeDiploma Reporten_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record