dc.description.abstract | Penyakit Tuberkulosis paru saat ini telah menjadi ancaman global, hamper
sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi TB. Penyakit ini disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru tetapi
juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Seseorang terinfeksi tuberkulosis paru
yang tidak dapat melakukan batuk efektif akan mengalami peningkatan dan
penumpukan sekret pada saluran pemapasan. Masalah ketidakefektifan bersihan
jalan nafas ini harus mendapatkan penanganan yang serius. Pada pasien dengan
penumpukan sekret dan terjadi obstruksi jalan napas, dapat mengalami sesak
napas yang akan mengganggu proses oksigenasi dimana apabila tidak terpenuhi
akan menyebabkan metabolisme sel terganggu, dan terjadi kerusakan pada
jaringan otak apabila hal tersebut berlangsung lama akan menyebabkan kematian.
Metode penulisan ini adalah studi kasus terhadap 2 klien penyakit TB
paru dengan diagnosa keperawatan ketidak efektifan bersihan jalan nafas.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara, pemeriksaan fisik
dan observasi terhadap klien penyakit paru, serta dilakukannya pengambilan studi
kasus selama 3 hari pada klien 1 dan dilakukan selama 3 hari perawatan pada
klien 2.
Hasil studi kasus yang dilakukan penulis di RSUD dr. Haryoto Lumajang
pada klien penyakit TB paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas, terhadap 11 batasan karakteristik yaitu, dispnea, suara napas tambahan
(mis.,rale, crackle, ronki dan mengi), perubahan pada irama dan frekuensi
pernapasan, sianosis, kesulitan untuk berbicara, penurunan suara napas, sputum
berlebihan, batuk tidak efektif atau tidak ada, ortopnea, gelisah, mata terbelalak.
Intervensi dan implementasi keperawatan dilakukan tindakan manajemen jalan
nafas, pengaturan posisi, peningkatan manajemen batuk dan bantuan ventilasi.
Pada tahap evaluasi keperawatan, yaitu evaluasi keperawatan hari ketiga, pasien 1
masalah teratasi karena sudah menunjukkan sudah tidak mengeluh sesak lagi,
sedangkan pasien 2 masalah belum teratasi karena pasien masih mengeluh sesak
dan pasien sudah dapat batuk efektif secara mandiri dengan dampingan keluarga.
Pada hari ke 3 pasien 1 dan 2 sudah diperbolehkan pulang oleh dokter yang
bertanggung jawab atas pasien.
Diharapkan penulis selanjutnya mampu mengidentifikasi dengan baik dan
cermat terhadap keluhan pasien tidak hanya masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, tetapi juga berfokus pada masalah
keperawatan yang lain salah satunya resiko infeksi, hal ini berhubungan semakin
tingginya resiko penularan TB dimasyarakat yang bisa menyebabkan orang
terdiagnosis TB. Perawat juga diharapkan mampu memberikan proses asuhan keperawatan TB Paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di
Ruang Melati. Hal ini dikarenakan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada
klien penyakit TB Paru dapat menimbulkan penumpukan sekret yang berlebih.
Perawat perlu melakukan tindakan keperawatan yang tepat seperti melakukan
intervensi yang sesuai dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas | en_US |