INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI
Abstract
Di Indonesia, sekalipun pelayanan kesehatan modern telah berkembang,
namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi.
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2001, 57,7% penduduk Indonesia
melakukan pengobatan sendiri tanpa bantuan medis, 31,7% diantaranya
menggunakan tumbuhan obat tradisional, dan 9,8% memilih cara pengobatan
tradisional lainnya. Indonesia memiliki budaya pengobatan tradisional termasuk
penggunaan tumbuhan obat sejak dulu dan dilestarikan secara turun-temurun. Namun
adanya modernisasi budaya dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional
yang dimiliki oleh masyarakat. WHO (World Health Organization) pada tahun 1985
memprediksi bahwa sekitar 80% penduduk dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat
(herbal medicine, phytotherapy, phytomedicine, atau botanical medicine) untuk
pemeliharaan kesehatan primernya. Tradisi pengobatan suatu masyarakat tidak
terlepas dari kaitan budaya setempat. Persepsi mengenai konsep sakit, sehat, dan
keragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional terbentuk melalui
suatu proses sosialisasi yang secara turun-temurun dipercaya dan diyakini
kebenarannya.
Suku Osing merupakan salah satu masyarakat lokal Banyuwangi yang masih
mewarisi dan menjaga warisan leluhurnya dengan tetap menggunakan obat
tradisional untuk pengobatan penyakit. Adapun salah satu tradisi yang dilakukan
masyarakat Osing saat mereka masuk angin adalah dengan cara memakan selembar
daun sirih dan untuk meningkatkan stamina tubuh dengan cara memakan satu siung
bawang putih. Namun pergantian dari generasi ke generasi saat ini suku Osing hampir
kehilangan generasi penerus untuk melestarikan warisan nenek moyang dalam
pemanfaatan sumber daya alam disekitarnya.
Metode penelitian yang dilakukan dengan cara observasi lapangan dan
wawancara semi-structured dengan Suku Osing Banyuwangi yang memanfaatkan
tumbuhan sebagai pengobatan tradisional dengan menggunakan tipe pertanyaan
open-ended. Tujuan penelitian adalah untuk melakukan inventarisasi jenis tumbuhan
yang dimanfaatkan oleh Suku Osing sebagai obat tradisional, mengetahui cara
penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional, dan mengetahui perbandingan
penggunaan obat tradisional dan non-tradisional oleh Suku Osing Banyuwangi.
Hasil penelitian pada masyarakat lokal Suku Osing yang terdiri dari 3 Desa
yaitu Desa Kemiren, Desa Paspan dan desa Banjar dari 35 narasumber terinventarisir
43 penyakit dengan 96 resep tradisional. Terdapat 64 tumbuhan, 3 jenis hewan dan 12
bahan mineral yang digunakan untuk pengobatan di Suku Osing. Dari tabel
persentase, Sirih (Piper betle L.) mempunyai persentase penggunaan yang paling
tinggi (lebih dari 50%). Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.), Jambu biji
(Psidium guajava L.), Alpukat (Persea americana Mill), Daun asam (Tamarindus
indica L.), dan Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) mempunyai persentase
penggunaan yang relative sedang (berkisar antara 20%-50%). Sedangkan tumbuhan
yang lainnya mempunyai persentase penggunaan kurang dari 20%. Untuk hewan dan
bahan mineral mempunyai persentase kurang dari 20%.
Obat tradisional yang ada, digunakan oleh Suku Osing secara turun temurun
dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Responden yang memberikan
informasi dari hasil pengambilan Snowball Sampling pada usia yang bervariasi. Hal
ini menunjukkan bahwa masyarakat Osing masih menjaga warisan leluhurnya dengan
tetap menggunakan obat tradisional untuk pengobatan penyakit.