Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor Di Kelas XI SMA Negeri 1 Jenggawah Kabupaten Jember
Abstract
Penguasaan konsep fisika merupakan bagian yang sangat penting untuk
dapat menyelesaikan permasalahan fisika, akan tetapi, dalam praktiknya
pembelajaran fisika di sekolah tidak selalu berhasil seperti yang diharapkan
karena banyaknya suatu hambatan. Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 1
Jenggawah diperoleh pernyataan dari guru bahwa masih banyak siswa kesulitan
dalam belajar materi suhu dan kalor. Hal ini dilihat dari hasil ujian pada materi
suhu dan kalor untuk tiap kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Jenggawah berada
dibawah nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75. Oleh karena itu, untuk
mengetahui penyebab rendahnya nilai ujian siswa disebabkan oleh miskonsepsi
atau bukan, maka diadakan penelitian yang berjudul “Analisis Miskonsepsi Siswa
Pada Materi Suhu Dan Kalor Di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jenggawah
Kabupaten Jember”. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan
miskonsepsi siswa pada materi suhu dan kalor di kelas XI SMA.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Jember berjumlah
102 siswa yaitu siswa kelas XI MIPA-1, XI PIPA-2 XI MIPA-3. Pengumpulan
data berdasarkan hasil tes diagnostik berbentuk four tier test dilengkapi dengan
tingkat keyakinan siswa dan wawancara. Data yang digunakan pada penelitian ini
berdasarkan pada jawaban siswa dari tes yang diberikan. Menentukan Kategori
tingkatan pemahaman berdasarkan pilihan jawaban, alasan, dan nilai CRI.
Kategori tingkat pemahaman ini berdasarkan kategori tingkat pemahaman
menurut Kaltakci (2015). Menghitung persentase tiap kategori konsepsi siswa.
Hasil presentase tersebut digunakan untuk membedakan kategori miskonsepsi
siswa rendah, sedang atau tinggi. Pada setiap konsep masih banyak ditemukan siswa yang mengalami
miskonsepsi. Pada konsep kalor jenis, siswa yang masuk dalam kategori
miskonsepsi sebanyak 37,25%. Pada konsep suhu, siswa yang masuk dalam
kategori miskonsepsi sebanyak 48,46%. Pada konsep pengaruh kalor terhadap
benda, siswa yang masuk dalam kategori miskonsepsi sebanyak 44,77%. Pada
konsep perubahan wujud zat, siswa yang masuk dalam kategori miskonsepsi
sebanyak 57,11%. Pada konsep prinsip azas black, siswa yang masuk dalam
kategori miskonsepsi sebanyak 56,86%. Pada konsep hubungan suhu dan kalor,
siswa yang masuk dalam kategori miskonsepsi sebanyak 52,55%. Pada konsep
hubungan kapasitas kalor dengan suhu, siswa yang masuk dalam kategori
miskonsepsi sebanyak 44,11%.
Miskonsepsi terbesar terletak pada konsep perubahan wujud zat.
Miskonsepsi siswa terkait konsep perubahan wujud zat paling besar terdapat pada
soal nomor 18 diperoleh sebanyak 69,61% atau sebanyak 71 siswa dari 102 siswa.
Berikut ini bentuk miskonsepsi konsep perubahan wujud zat yang dilakukan oleh
siswa. Siswa memilih opsi jawaban salah dengan memilih tingkat keyakinan
jawaban tinggi > 2,5, memilih opsi alasan salah dengan tingkat keyakinan alasan
tinggi > 2,5. Pada soal nomor 18 berisi pertanyaan terkait konsep perubahan
wujud zat. Siswa menganggap bahwa ketika es melebur menjadi air, maka es
tersebut melepas kalor dan suhunya berkurang. Konsep perubahan wujud zat
yang terdapat pada soal nomor 18 yaitu, es melebur menjadi air karena es
menerima kalor dengan suhu tetap. Es melebur disertai penyerapan kalor dengan
suhu tetap.
Miskonsepsi siswa tentang suhu dan kalor yang paling besar terletak pada
konsep perubahan wujud zat sebesar 57,11% dengan kriteria miskonsepsi sedang
(miskonsepsi ≥ 31%). Siswa menganggap bahwa ketika es melebur menjadi air,
maka es tersebut melepas kalor dan suhunya berkurang. Jenis miskonsepsi yang
dialami oleh siswa termasuk dalam miskonsepsi konseptual. Dimana siswa tidak
bisa menjelaskan konsep sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh para
ahli, siswa tidak dapat menjelaskan konsep yang berhubungan dengan suhu dan
kalor