Analisis Kondisi Air Tanah Berdasarkan Pasang Surut Air Laut Menggunakan Metode Self Potential Di Pantai Kepanjen Jember
Abstract
Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup.
Air tanah di suatu daerah tidak semuanya mempunyai potensi air tanah yang baik.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik daerah seperti curah hujan, jenis
batuan, sifat fisik dan kimia batuan penyusunnya, kemiringan lereng, dan
perubahan penggunaan lahan oleh manusia di daerah tersebut. Terlebih kondisi air
tanah yang berada di pesisir pantai yang rawan akan pengaruh air laut. Oleh
karena itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai pengaruh pasang surut air
laut terhadap kaitannya dengan kondisi air tanah di daerah pesisir.
Kajian tentang kondisi air tanah di daerah pesisir ini dapat diketahui
dengan melakukan penelitian menggunakan metode self potential. Metode ini
sangat efektif untuk mendeteksi kondisi bawah permukaan. Metode self potential
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan tanah, informasi penting mengenai
aliran air tanah dan gangguan geokimia. Metode ini dilakukan dengan cara
mengukur potensial diri (V) menggunakan porous pot yang berisi cairan elektrolit
CuSO4. Potensial yang terukur ditunjukkan oleh multimeter digital yang
tersambung dengan elektroda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kondisi air tanah serta pengaruh pasang surut air laut terhadap kondisi air tanah di
daerah pesisir pantai Jember dengan metode self potential konfigurasi leap frog
(lompatan katak).
Lokasi penelitian ini yaitu di daerah Pantai Kepanjen Gumukmas Jember.
Pengambilan data dilakukan 3 kali mengikuti kondisi pasang surut air laut pada
lokasi yang sama. Lintasan yang digunakan yaitu 3 lintasan, lintasan 1 sepanjang
60 m membentang antara titik LS BT dan LS
BT, lintasan 2 sepanjang 60 m membentang antara titik
LS BT dan LS BT, dan lintasan 3 sepanjang
30 m membentang antara titik LS BT dan LS
BT. Pengambilan data 1 dilakukan pada tanggal tanggal 15
Dzulhijjah 1438 H atau 7 September 2017 saat kondisi pasang surut tertinggi yaitu
saat ketinggian muka air laut sebesar 7 m. Selanjutnya untuk pengambilan data 2
pada tanggal 18 Dzulhijjah 1438H atau 10 September 2017 yaitu saat kondisi
pasang surut sedang, saat tinggi muka air laut 4 m. Kondisi terakhir yaitu saat
pasang surut rendah saat tinggi muka air laut 1 m yang bertepatan pada tanggal 7
Muharrom 1439 H atau 28 September 2017. Semua pengambilan data dimulai
pada jam yang sama yaitu jam 09.00 WIB.
Pengambilan data 1 adalah saat kondisi pasang surut tinggi. Potensial yang
dihasilkan diduga adalah potensial air tanah, dimana besar potensial yang
mengindikasikan air tanah adalah antara 3 mV sampai -3 mV. Potensial ini
tersebar di beberapa titik pengukuran pada lintasan 1 pada titik (1–49) m. Lintasan 2 berada pada titik (1-24) m dan lintasan 3 berada pada titik (1-23) m. Potensial
yang diduga air tanah bernilai 2,7 mV sampai -2,3 mV. Pada beberapa titik akhir
yang mendekati bibir pantai pada lintasan 1 dan lintasan 2 menghasilkan potensial
hingga -5,3 mV. Sedangkan potensial air laut diketahui adalah sebesar -15 mV.
Potensial -5,3 mV tersebut berada diantara -3 mV dan -15 mV. Potensial tersebut
diindikasikan adalah potensial air tanah yang telah terpengaruh oleh air laut. Pada
pengambilan data 2 menghasilkan potensial yang mengindikasikan air tanah
sebesar 2,2 mV sampai -2,2 mV. Sama halnya dengan pengambilan data 1 pada
lintasan 1 dan lintasan 2 terdapat nilai potensial yang nilainya berada diantara
potensial air tanah dan potensial air laut yaitu -5,7 mV. Pada titik pengukuran ini
letaknya sangat dekat dengan bibir pantai yaitu dari bibir pantai.
Pengambilan data 3 potensial yang mengindikasikan air tanah sebesar 2,1 mV
sampai -2,9 mV, nilai ini tersebar pada lintasan 1, lintasan 2 dan lintasan 3. Pada
titik akhir lintasan 1 dan lintasan 2 potensial yang dihasikan mencapai -6,7 mV
dimana potensial ini mengindikasikan potensial air tanah yang terpengaruh air
laut.
Data potensial yang dihasilkan juga disajikan dalam bentuk kontur
isopotensial. Berdasarkan kontur isopotensial dapat diketahui bahwa warna yang
mendominasi pada pengambilan data 1, data 2, dan data 3 adalah warna hijau
dengan nilai potensial antara 3 mV sampai -3 mV, dimana kontur ini
mengindikasikan keberadaan air tanah. Sedangkan untuk potensial negatif
(<-3 mV) ditunjukkan dengan kontur warna biru dan ungu. Potensial negatif
tersebut mengindikasikan air tanah yang telah terpengaruh air laut. Daerah dengan
kontur warna biru dan ungu akan semakin meluas mengikuti kondisi pasang surut.
Saat kondisi pasang surut tinggi, kontur warna biru dan ungu mempunyai daerah
yang sempit. Saat kondisi pasang surut sedang, daerah dengan kontur warna biru
dan ungu semakin meluas. Begitu seterusnya saat kondisi pasang surut rendah
daerah dengan kontur warna biru dan ungu ini akan semakin luas. Pergeseran
daerah kontur biru dan ungu mengikuti perubahan nilai potensial pada tiap
pengambilan data. Kontur warna biru dan ungu diduga mengindikasikan air tanah
yang telah terpengaruh air laut dalam hal ini disebut dengan interface air laut dan
air tanah. Berdasarkan kontur tersebut dapat diketahui bahwa batas interface air
laut dan air tanah ini akan bergeser akibat perubahan kondisi pasang surut air laut.