dc.description.abstract | Parenting stress merupakan hal alami yang dirasakan oleh setiap orang tua.
Setiap orang tua ingin memiliki anak normal, namun tidak semua anak terlahir
normal. Orang tua dengan anak retardasi mental cenderung mengalami parenting
stress lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kecacatan lain. Berdasarkan studi
pendahuluan gejala stres banyak ditemukan pada orang tua retardasi mental usia
12 - 15 tahun. Adanya perbedaan tanggapan terhadap stressor menunjukkan
adanya tingkatan parenting stress yang dipengaruhi oleh karakteristik anak,
keluarga, orang tua, dan lingkungan. Parenting stress yang tidak dikelola dan
tejadi dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan fisik hipertensi. Penelitian
ini bertujuan untuk menggambarkan parenting stress dan kejadian hipertensi pada
orang tua yang mengasuh anak retardasi mental usia 12 - 15 tahun.di SDLB Sinar
Harapan, SDLB PGRI Wonoasih, dan SMPLB Sinar Harapan Kota Probolinggo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian dilakukan pada ayah dan ibu siswa retardasi mental usia 12
– 15 tahun di SDLB Sinar Harapan, SDLB PGRI Wonoasih, dan SMPLB Sinar
Harapan Kota Probolinggo. Populasi penelitian ini adalah seluruh ayah dan ibu
siswa retardasi mental usia 12 – 15 tahun sebesar 102 responden dengan sampel
seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 59
responden. Kriteria inklusi dalam penelitian ini ialah tercatat sebagai siswa tahun
2017-2018 dan berdomisili di Kota Probolinggo. Kriteria eksklusi ialah orang tua
yang tidak tinggal satu rumah dengan anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik anak didominasi oleh
orang tua yang memiliki anak retardasi mental usia 12 – 15 tahun berjenis kelamin
laki – laki (53.1 %) dan orang tua dengan anak jenis retardasi mental ringan dan
sedang (71.9 %). Karakteristik keluarga didominasi oleh orang tua berstatus orang
tua kandung (96.8 %) dan bukan orang tunggal (84. 4%), orang tua dengan dua
orang dewasa dalam satu rumah (81.3 %), memiliki lebih dari dua anak normal
(53.1 %); memiliki satu anak berkebutuhan khusus (96.9 %), dan berpenghasilan
<Rp. 1.735.247,50 (65. 6 %). Karakteristik orang tua didominasi oleh responden
kategori usia > 35 tahun (100 % ayah, 74.2 % ibu), tingkat pendidikan rendah
pada ibu (54.8 %), tingkat pendidikan rendah dan menengah pada ayah (39.3 % ),
bekerja (100 % ayah, 74.2 % ibu). Untuk karakteristik lingkungan didominasi
oleh responden dengan dukungan sosial rendah (60.7% ayah, 58.1 % ibu).
Responden banyak yang mengalami tingkat parenting stress tinggi dimana
71.4% pada ayah dan 80.6 % pada ibu. Tingkat parenting stress tinggi yang
didominasi oleh responden dengan kategori usia >35 tahun (71.4% ayah, 54.8%
ibu); tingkat pendidikan rendah (35.7% ayah, 48.5% ibu); responden bekerja
(71.4% ayah, 58.1% ibu); memiliki anak retardasi mental usia 12 – 15 tahun jenis
kelamin laki - laki (35.7% ayah, 41.9% ibu); jenis retardasi mental ringan dan
sedang (46.4% ayah, 58.1% ibu); status orang tua kandung (71.4 % ayah, 80.6%
ibu) dan bukan orang tua tunggal (67.9% ayah, 67.7% ibu); responden dengan dua
orang dewasa dalam satu rumah (60.7% ayah, 61.3% ibu); memiliki lebih dari dua
anak normal (35.7% ayah, 48.4% ibu); memiliki satu anak bekerbutuhan khusus
(67.9% ayah, 77.4% ibu); berpenghasilan <Rp. 1.735.247,50 (53.6% ayah, 54.8%
ibu); memiliki dukungan sosial rendah (39.3 % ayah, 45.2% ibu).
Responden banyak yang mengalami hipertensi sebesar 53.6 % pada ayah
dan 71 % pada ibu. Responden tersebut didominasi oleh responden dengan tingkat
parenting stress tinggi dimana 53.6 % pada ayah dan 64.5 % pada ibu. Saran yang
diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah pelatihan keterampilan
pengasuhan, pembentukan kelompok diskusi bagi orang tua untuk bertukar
informasi, diskusi, dan saling memberikan dukungan, dan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui hubungan setiap variabel, apakah tiap variabel berhubungan
atau tidak. | en_US |