Daya Hambat Ekstrak Buah Delima Merah (Punica granatum Linn) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus sanguis
Abstract
Bakteri Streptococcus sanguis (S. sanguis) merupakan bakteri gram positif
yang menginisiasi terbentuknya plak. Plak merupakan lapisan tipis biofilm yang
mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada
permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Bakteri S. sanguis
memfasilitasi bakteri lain untuk berkoloni membentuk biofilm dengan cara
berikatan pada protein saliva seperti proline-rich. Plak terbentuk melalui sebuah
proses yang terdiri dari beberapa tahap. Plak dapat terakumulasi apabila
kebersihan gigi dan mulut terabaikan. Hal ini dapat memicu timbulnya infeksi
rongga mulut, seperti penyakit periodontal dan karies gigi yang banyak diderita
masyarakat Indonesia.
Masyarakat selama ini menjaga kebersihan dan kesehatan mulut dengan
beberapa cara, baik secara mekanis maupun secara kimiawi. Umumnya,
masyarakat melakukan dengan cara mekanis menggunakan sikat gigi dan benang
gigi. Selain itu dapat pula ditambahkan penggunaan obat kumur untuk
menghilangkan plak secara kimiawi. Obat kumur yang umum digunakan
masyarakat saat ini chlorhexidine yang terbukti paling efektif dari agen-agen
pengontrol plak teraupetik lainnya karena dapat melekat secara ionik pada
permukaan gigi dan mukosa dalam konsentrasi tinggi selama beberapa jam.
Namun penggunaan chlorhexidine secara terus-menerus dapat menimbulkan efek.
Sehingga obat kumur dengan campuran bahan-bahan alami saat ini banyak
digunakan oleh masyarakat, dikarenakan efek samping yang minimal.
Pemanfaatan tanaman obat di Indonesia mulai berkembang. Sebanyak 59,12% Penduduk Indonesia memanfaatkan obat tradisional sebagai salah satu
pilihan dalam memelihara kesehatan. Salah satu tumbuhan yang sering
dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah delima merah. Potensi buah delima
merah sebagai pengobatan dan pencegahan penyakit sangat luas dan sudah dikenal sejak lama. Delima mengandung polifenol flavonoid, antosianin, dan
tannin diantaranya ellagitannins, asam ellagic dan punicalgin yang diduga
berfungsi sebagai antibakteri.
Penelitian ini merupakan jenis eksperimental laboratoris dengan rancangan
penelitian the post-test only control group design. Sampel berjumlah 5 untuk
setiap kelompok penelitian dan terdapat 6 kelompok penelitian yaitu, ekstrak buah
delima merah yang didapatkan dengan cara maserasi dengan konsentrasi 100%,
75%, 50%, 25%, obat kumur clorhexidine 0,2% (kontrol positif) dan aquadestt
steril (kontrol negatif). Metode yang digunakan untuk mengetahui sifat antibakteri
kelompok penelitian adalah metode disk diffusion (Kirby-Bauer). Blank disc
ditetesi dengan bahan ekstrak konsentrasi 100%, 75%, 50%, 25%, kontrol positif,
dan kontrol negatif. Diletakkan pada media Mueller Hinton Agar (MHA) yang
sudah di inokulasikan suspensi bakteri Streptococcus sanguis. Semua petridish
kemudian di masukkan kedalam desicator dan diinkubasi pada suhu 37oC selama
24 jam dalam inkubator. Setelah 24 jam kemudian zona bening disekitar cakram
diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Data hasil penelitian kemudian dilakukan analisis secara statistik. Uji
normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov, uji homegenitas menggunakan
Levene's test, kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan
dengan uji Mann-Whitney. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov p>0.05 menandakan
data terdistribusi normal. Uji Homogenitas p<0.05 menandakan data tidak
homogen, maka dilanjutkan uji non parametrik Kruskall-Wallis p<0.05
menandakan ada perbedaan pada setiap kelompok penelitiaan. Dilanjutkan uji
Mann-Whitney dan didapatkan perbedaan bermakna pada setiap kelompok
penelitian kecuali kontrol positif (clorhexidine 0,2%) dengan ekstrak buah delima
konsentrasi 100% dan 75%, dan ekstrak buah delima merah konsentrasi 100%
dengan ekstrak buah delima merah konsentrasi 75%. Maka dapat disimpulkan
ekstrak buah delima merah mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus
sanguis.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]