Pola Asuh Orangtua pada Anak Penyandang Down Syndrome (Studi Kasus pada Peserta Didik SLB Negeri Jember, Kabupaten Jember)
Abstract
Keberadaan anak berkebutuhan khusus di Indonesia bukan merupakan
permasalahan kecil. Salah satu jenis anak berkebutuhan khusus adalah down
syndrome. Anak dengan down syndrome memiliki tigkat intelegensi rendah
sehingga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan mereka. Down
syndrome bukan suatu penyakit namun kerusakan pada gen sebelum ia lahir.
Mereka tidak dapat disembuhkan tetapi hanya bisa diberdayakan untuk mampu
hidup seperti makhluk sosial lainya. Maka dari itu, perlu adanya pendidikan dan
bimbingan lebih intensif. Pendidikan yang dibutuhkan oleh anak penyandang
down syndrome tidak hanya pendidikan formal saja, namun pendidikan nonformal
seperti pendidikan dalam keluarga juga diperlukan untuk membantu
perkembangan dan keberfungsian sosial anak. Untuk itu, selama di rumah pola
asuh orang tua sangatlah penting terlebih dalam memberikan perhatian pada
anaknya. Bukan sikap memanjakan, melainkan memberikan perhatian yang cukup
dalam mengembangkan, melatih kemandirian anak dan mencapai keberfungsian
sosialnya. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan dan
menjelaskan tentang pola asuh orangtua pada anak penyandang down syndrome di
rumah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
studi kasus. Lokasi penelitian di SLB Negeri Jember dan rumah orangtua peserta
didik down syndrome. Terdapat 5 informan pokok dan 7 informan tambahan.
Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan tiga tahap yakni reduksi data, penyajian data,
dan kesimpulan.Teknik keabsahan data, menggunakan triangulasi sumber dan teknik Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat dua jenis pola asuh yang
diterapkan oleh orangtua pada anak penyandang down syndrome. Pertama, pola
demokratis, yang ditandai dengan orangtua memberikan kebebasan dalam
mengungkapkan dan bertindak, namun orangtua tetap mengontrol setiap aktivitas
yang dilakukan anak tidak terkecuali juga dalam pemenuhan kebutuhan dasar
anak, orangtua memberikan pembimbingan dan pelatihan demi meningkatkan
perkembangan dan keberfungsian sosial, orangtua bersikap hangat namun tegas
saat memberikan kesempatan anak untuk berkembang otonomi, mengarahkan diri
dan memberikan penjelasan tentang baik buruknya dalam berperilaku agar mampu
diterima oleh masyarakat sosial. Kedua, mengarah pada pola asuh over protective
atau terlalu melingdungi. Ditandai dengan sikap orangtua yang belum percaya
pada kemampuan anak, sehingga terlalu khawatir dan takut anak menghadapi
kesulitan dalam beraktifitas. Akibatnya, anak menjadi mudah bergantung dan
mudah menyerah