dc.description.abstract | Rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan kerusakan sendi simetrik. Gejala meliputi kelelahan, demam, hilangnya selera makan, dan nyeri pada persendian (Dipiro et al., 2008). Obat pertolongan pertama yaitu golongan Nonsteroidal Anti-inflammatory Drug (NSAID), Salah satu obat golongan NSAID yang banyak digunakan untuk mengatasi RA adalah natrium diklofenak (Dipiro et al., 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Meinicke et al (2009) membuktikan bahwa natrium diklofenak memiliki efektivitas lebih baik daripada ibuprofen dalam pengobatan RA.
Natrium diklofenak sistemik tersedia dalam bentuk sediaan oral berupa tablet dan kapsul (Gaur et al., 2009). Pemberian natrium diklofenak secara oral memiliki beberapa kelemahan yaitu terdapat pasien yang mengalami kesulitan dalam menelan obat, dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal (Waranugraha et al., 2010), dapat mengalami first pass metabolism sehingga bioavailabilitas sistemik hanya sekitar 50% dan waktu paruh yang pendek antara 1-2 jam (Balasubramanian et al., 2012).
Kelebihan natrium diklofenak diformulasikan menjadi bentuk sediaan mucoadhesive buccal film antara lain dapat meningkatkan bioavailabilitas obat karena obat tidak terdegradasi dalam saluran cerna dan tidak mengalami first pass metabolism, jaringannya tervaskularisasi baik, mukosanya relatif permeabel sehingga dapat menfasilitasi penghantaran obat melalui mukosa buccal, dapat digunakan untuk obat dengan waktu paruh pendek, dapat memperbaiki kepatuhan pasien karena kemudahan administrasi obat, serta dapat langsung dihentikan apabila terjadi keracunan (Alexander et al., 2010).
Sediaan mucoadhesive buccal film yang ideal memiliki karakteristik yaitu tipis, fleksibel, elastis, tidak mengiritasi, dan lembut namun cukup kuat menahan kerusakan akibat adanya aktivitas di mulut, serta memiliki kekuatan mucoadhesive yang baik sehingga bisa ditahan di mulut untuk durasi yang diinginkan. Pembuatan sediaan mucoadhesive buccal film yang sesuai kriteria, diperlukan polimer yang bersifat mucoadhesive dan memiliki sifat mekanik bagus (elastis dan kuat).
Pada penelitian ini dilakukan optimasi kombinasi HPMC dan PVP. Pemilihan polimer HPMC karena memiliki kekuatan mucoadhesive dan waktu tinggal yang bagus serta dapat mengendalikan kecepatan pelepasan dan cocok untuk penghantaran obat sustained-release (Abha et al., 2011). Alasan pemilihan PVP karena dapat meningkatkan kekuatan mucoadhesive, waktu tinggal, serta meningkatkan kecepatan pelepasan obat (El-Maghraby dan Abdelzaher, 2015).
Pada penelitian ini respon yang akan diamati merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi efek farmakologi obat meliputi kekuatan mucoadhesive, waktu tinggal, dan pelepasan obat dalam sediaan mucoadhesive buccal film. Evaluasi lain yang dilakukan meliputi uji organoleptis, uji keseragaman bobot, uji keseragaman ketebalan film, uji ketahanan lipat, uji pH permukaan, uji swelling index, dan penentuan kadar natrium diklofenak dalam sediaan mucoadhesive buccal film.
Hasil pengujian kekuatan mucoadhesive film in vitro menunjukkan bahwa Fab>Fa>Fb>F1 yaitu 29,77 gram; 20,67 gram; 11,67 gram; 8,70 gram. Hasil pengujian waktu tinggal film in vitro menunjukkan bahwa Fab>Fa>Fa>F1 dengan hasil uji, yaitu 251 menit, 221 menit,136 menit, dan 109 menit. Hasil pengujian pelepasan in vitro buccal film natrium diklofenak menunjukkan bahwa persen obat terlepas pada waktu 6 jam Fab>Fa>Fb>F1 yaitu 93,967%, 88,939%, 75,027%, 73,444%. Hasil pengujian kekuatan mucoadhesive, waktu tinggal, dan pelepasan obat kemudian dioptimasi menggunakan desain faktorial. Formula Optimum yang dihasilkan yaitu kombinasi HPMC dan PVP dengan konsentrasi HPMC 40 mg dan PVP 15 mg. | en_US |