Hubungan Paparan Pestisida dengan Kejadian Kelainan Kongenital di Kabupaten Jember
Abstract
Prevalensi kelainan kongenital di Indonesia adalah 59.3 per 1000 kelahiran hidup. Jika setiap tahun lahir 5 juta bayi di Indonesia, maka akan ada sekitar 295.000 kasus kelainan kongenital pertahun. Angka kematian bayi akibat kelainan kongenital sekitar 7% dimana ditemukan adanya peningkatan. Kelainan kongenital yang paling banyak ditemukan yakni talipes sebanyak 102 kasus (20,6%), celah bibir atau langit-langit dan defek tabung saraf masing-masing 99 kasus (20%), omfalokel 58 kasus (11,7%), dan gastroskisis 27 kasus (5,5%) dari total 494 kasus. Salah satu faktor penyebab kelainan kongenital ialah pestisida. Penggunaan pestisida untuk pertanian maupun keperluan rumah tangga dilaporkan meningkat dari tahun ke tahun, namun seringkali tidak diwaspadai mengenai penggunaannya.
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan case control (kasus kontrol) dengan pendekatan epidemiologi secara retrospektif. Populasi penelitian adalah seluruh pasien anak-anak dengan diagnosis labioskisis, labiopalatoskisis, anensefalus, spina bifida, omfalokel dan gastroskisis di RS dr. Soebandi Jember dan RS Paru Jember dari Januari 2014 sampai Juli 2017. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan consecutive sampling dengan total jumlah responden 62 keluarga yang terbagi menjadi kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam perbandingan 1:1. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara langsung kepada responden mengenai paparan pestisida pada orang tua pasien. Data sekunder didapatkan dari rekam medis pasien. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis chi square menggunakan SPSS 17.
Berdasarkan hasil penelitian, proporsi kejadian kelainan kongenital paling tinggi di Kabupaten Jember ialah labioskisis (67,8%). Uji statistik bivariat menunjukkan nilai signifikan (p< 0,05) untuk variabel sumber air minum,penggunaan produk anti-hama di rumah, pengasapan (fogging) nyamuk di rumah dan kontak langsung dengan pestisida dengan korelasi cukup (r= 0,25-0,5). Berbeda dengan variabel lain, penggunaan produk anti-hama memiliki korelasi negatif dengan kejadian kelainan kongenital.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]