Show simple item record

dc.contributor.advisorAZIZAH, Laili Nur
dc.contributor.authorARISKIYANI, Iis
dc.date.accessioned2018-07-27T07:41:56Z
dc.date.available2018-07-27T07:41:56Z
dc.date.issued2018-07-27
dc.identifier.nimNIM152303101068
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/86604
dc.description.abstractPenyakit Tuberculosis Paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta bahwa pada sebagian besar negara di dunia, penyakit TB Paru tidak terkendali, banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA Positif). Gejala dini dan sering dikeluhkan ialah batuk yang terus-menerus dengan disertai penumpukan sekret di saluran pernapasan bawah. Batuk ini, apabila tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan komplikasi yaitu hemoptisis berat, kolaps, bronkiektasis, dan pneumotorak, serta juga menyebabkan penyebaran infeksi ke organ lain. Gejala batuk pada pasien TB dapat menurunkan fungsi kerja silia dan mengakibatkan penumpukan sekret pada saluran pernafasan sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi Asuhan Keperawatan pada klien TB Paru dengan masalah keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di RSUD dr. Haryoto Lumajang tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah laporan kasus yang menggunakan metode pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Partisipan penelitian adalah 2 partisipan yang dirawat di ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang dengan batasan usia produktif yaitu 18-40 tahun, minimal MRS hari pertama, kesadaran compos mentis, serta didiagnosa medis TB Paru dengan tanda dan gejala batuk lebih dari 3 minggu, terdapat suara napas tambahan, sputum berlebih, dan sesak. Intervensi yang dilakukan penulis adalah mengajarkan teknik batuk efektif yang berguna untuk memperlancar pengeluaran sekret. Tindakan ini dilakukan oleh penulis kepada klilen selama ± 10 menit, 3 kali sehari, selama 3 hari berturut-turut. Hasil yang didapatkan setelah implementasi batuk efektif adalah klien mampu mengeluarkan sekret secara maksimal. Secara verbal klien tidak mengatakan sesak dan batuk berkurang, masalah teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan. Dari hasil tersebut, diharapkan kepada peneliti lebih lanjut untuk meningkatkan frekuensi latihan batuk efektif agar klien dan keluarga mampu melakukan secara mandiri dan agar klien mampu mencegah terjadinya komplikasi. Selain itu, keluarga juga diharapkan untuk lebih paham mengenai teknik batuk efektif dan penyakit TB Paru, agar keluarga mampu menjadi motivator atau penyemangat atau pendamping yang baik bagi klien disaat tidak ada perawat, selain itu agar keluarga mampu merawat klien TB Paru saat berada di rumah untuk mencegah terjadinya komplikasi.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries152303101068;
dc.subjectKeperawatan Tuberkulosis Paruen_US
dc.subjectNy. R Dan Nnen_US
dc.subjectMasalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafasen_US
dc.subjectRuang Melati Rsud Dr. Haryoto Lumajangen_US
dc.titleAsuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Pada Ny. R Dan Nn. Sdengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang Melati Rsud Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2017en_US
dc.typeDiploma Reporten_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record