Pengembangan Sensor Oksigen Untuk Deteksi Kebocoran Pada Kemasan Pangan (Kerupuk Rambak)
Abstract
Kemasan adalah bagian yang melindungi produk dari berbagai faktor yang
dapat menyebabkan hilangnya mutu produk. Hal tersebut berkaitan dengan
higenitas dari produk serta mutu dan keamanan dari produk yang dikemas terutama
pada produk pangan. Namun tidak menutup kemungkinan, kemasan dapat pula
rusak atau bocor yang tidak diketahui oleh konsumen. Pada kejadian tersebut terjadi
peningkatan gas yang berasal dari udara terutama oksigen. Adanya oksigen didalam
kemasan dapat menyebabkan hilangnya mutu makanan seperti tengik, hilangnya
tekstur atau kerenyahan serta pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengembangan smart label sebagai sensor oksigen untuk deteksi kebocoran pada
kemasan pangan yang sensitif terhadap oksigen. Indikator yang digunakan adalah
metilen biru dan diaplikasikan pada kemasan pangan yang mudah hilang
kerenyahannya yaitu kerupuk rambak. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi
optimum membran sensor, karakteristik sensor, kualitas sampel dan aplikasi smart
label pada kemasan kerupuk rambak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu konsumen dalam mengetahui keamanan serta mutu pangan serta dapat
dimanfaatkan sebagai sensor kebocoran pada sediaan farmasi yang sensitif terhadap
oksigen.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Pertama
dilakukan optimasi membran sensor yang meliputi konsentrasi indikator metilen
biru, konsentrasi glukosa dan pemilihan jenis matriks. Optimasi konsentrasi
indikator metilen biru pada berbagai konsentrasi yaitu 1000 ppm, 2000 ppm dan
3000 ppm. Optimasi konsentrasi glukosa pada berbagai konsentrasi yaitu 0,1%;
0,25%; 0,5%; 1%; 2%; 3%; 4% dan 5%. Sedangkan pemilihan jenis matriks
dilakukan pada tiga jenis matriks yaitu gelatin, agar dan kertas whatman serta kertas whatman saja. Setelah didapatkan kondisi yang optimum, kemudian dilakukan
karakterisasi sensor yang meliputi waktu respon, waktu pakai, reprodusibilitas dan
intensitas perubahan warna sensor. Setelah itu dilakukan pengujian kualitas sampel
yang meliputi sensory evaluation, uji penambahan bobot dan uji tekstur
menggunakan rheotex. Perubahan warna yang terjadi pada sensor kebocoran
oksigen ini adalah putih, ungu dan biru dengan keterangan renyah, masih baik dan
tidak renyah.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa konsentrasi
indikator metilen biru yang digunakan adalah 2000 ppm, konsentrasi glukosa 0,5%
dan matriks yang digunakan adalah kertas whatman. Pada hasil karakterisasi sensor,
didapatkan kesimpulan bahwa waktu respon sensor tergantung pada tingkat
kebocoran kemasan. Semakin besar lubang kebocoran kemasan maka sensor akan
semakin cepat berubah menjadi warna biru yang menandakan bahwa kerupuk sudah
tidak renyah. Hasil dari waktu respon berturut-turut pada tingkat kebocoran 0,2 cm,
0,5 cm dan 1 cm adalah jam ke 10, jam ke 9 dan jam ke 7. Sedangkan waktu pakai
yang dimiliki smart label ini adalah ±25 jam. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor lingkungan. Selain itu, pada uji reprodusibilitas didapatkan nilai RSD <5%
yang berarti presis. Pada hasil dari uji kualitas sampel berkorelasi positif terhadap
nilai intensitas perubahan warna sensor yaitu semakin sensor berwarna biru maka
nilai kesukaan panelis terhadap rasa dan kerenyahan sampel semakin besar, nilai %
penambahan bobot sampel akan semakin besar dan nilai tekstur akan semakin
meningkat yang menandakan bahwa kerupuk semakin tidak renyah.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1483]