dc.description.abstract | Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia kronis disertai gangguan karbohidrat, protein, dan lemak. DM dibagi menjadi empat tipe salah satunya yaitu DM tipe 2 yang diakibatkan oleh resistensi insulin dan disfungsi sel β pankreas. Prevalensi DM penduduk Indonesia pada usia produktif di perkotaan yaitu sebesar 4,6%, di mana lebih dari 50% disertai dengan dislipidemia karena jalur metabolisme lipid dipengaruhi oleh insulin. Peningkatan kadar trigliserida lebih dari 150 mg/dL atau yang disebut juga hipertrigliseridemia merupakan karakteristik dislipidemia yang paling dominan pada DM tipe 2. Hipertrigliseridemia ditandai dengan peningkatan Very Low Density Lipoprotein (VLDL), yang merupakan lipoprotein pengangkut trigliserida. Pada keadaan resistensi insulin, enzim Lipoprotein Lipase (LPL) dihambat sedangkan aktivitas Hormone Sensitive Lipase (HSL) di jaringan adiposa meningkat menyebabkan peningkatan Free Fatty Acid (FFA), yang merupakan substrat pembentukan trigliserida hepatik VLDL. Resistensi insulin juga menyebabkan lipogenesis terutama di liver dan otot akibat akumulasi FFA yang tidak dapat dioksidasi di mitokondria. Salah satu pilar pengelolaan DM yaitu dengan terapi diet. Beberapa penelitian telah membuktikan efek pemberian Resistant Starch (RS) terhadap diabetes dan metabolisme lipid. RS tersusun dari amilosa dan amilopektin, yang merupakan pati tahan cerna oleh enzim amilase di saluran pencernaan atas. Namun, RS dapat difermentasi oleh mikrobiota di kolon menghasilkan Short Chain Fatty Acid (SCFA) yang terdiri atas asetat, butirat, dan propionat. Singkong (Manihot esculenta Crantz) merupakan bahan makanan kaya RS dengan kadar amilosa-amilopektin sebesar 9,69% lebih banyak dibandingkan padi dan jagung. Modifikasi pati menggunakan teknik autoclaving-cooling dapat membentuk RS tipe 3 serta meningkatkan kadar amilosa-amilopektin tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek RS tipe 3 singkong dalam menurunkan kadar trigliserida pada tikus model diabetes. Desain penelitian yang digunakan yaitu true experimental post-test only control group design. Jumlah sampel penelitian yaitu 16 ekor tikus wistar jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol normal (KN), kontrol negatif K(-), Perlakuan 1 (P1), dan Perlakuan 2 (P2). Pemeriksaan karakteristik awal tikus dilakukan dengan mengukur berat badan (BB) dan kadar trigliserida. Kelompok K(-), P1, dan P2 diberi pakan High Fat Diet (HFD) kuning telur 0,01 mg/kgBB selama 4 minggu dan diikuti induksi Streptozotocin (STZ) dosis rendah 35 mg/kgBB. Pengukuran tes toleransi glukosa oral untuk memastikan telah terbentuk tikus model diabetes dilakukan tujuh hari setelah induksi STZ. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian diet selama 4 minggu. KN diberi 30 g diet standar, K(-) 30 g diet standar, P1 20 g RS tipe 3 dan 10 g diet standar, serta P2 20 g pati singkong dan 10 g diet standar. Pengukuran kadar trigliserida dilakukan dengan metode GPO-PAP. Data tes toleransi glukosa oral dianalisis dengan uji Kruskal-wallis sedangkan kadar trigliserida sesudah perlakuan diet dianalisis dengan One Way ANOVA dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey. Hasil penelitian didapatkan perbedaan kadar trigliserida yang signifikan antara kelompok perlakuan (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok diet standar (K-) meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar trigliserida antar kelompok diet RS tipe 3 (P1) dan diet pati (P2) (p>0,05). Pada penelitian ini RS tipe 3 dapat menurunkan kadar trigliserida tikus model diabetes. Penurunan kadar trigliserida terjadi akibat RS tipe 3 singkong dapat mengaktifkan AMPK di berbagai jaringan melalui Free Fatty Acid Receptor (FFAR) 2 dan 3. Di adiposa, AMPK menyebabkan aktivitas LPL meningkat sedangkan HSL menurun. Pada jaringan otot dan liver, AMPK menyebabkan penurunan lipogenesis dan peningkatan oksidasi Fatty Acids (FA) serta ambilan glukosa. Berdasarkan hal tersebut, maka RS tipe 3 dapat dijadikan inovasi perencanaan diet bagi pasien DM terutama yang disertai dengan hipertrigliseridemia. | en_US |