dc.description.abstract | Densitas (kepadatan) tulang merupakan banyaknya jumlah mineral yang berada
pada suatu area tulang. Banyaknya mineral tulang menentukan densitas tulang dan
kualitas tulang. Mineral yang banyak terdapat pada tulang adalah kalsium dan fosfor.
Makanan tinggi kalsium dan fosfor adalah susu dan ikan. Ikan teri (Stolephorus sp.)
merupakan salah satu sumber kalsium tertinggi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini
adalah untuk membuktikan bahwa densitas tulang mandibula tikus wistar jantan yang
diberi diet tambahan ikan teri lebih tinggi daripada yang tidak mengkonsumsi ikan
teri.
Penelitian eksperimental laboratoris in vivo ini menggunakan rancangan
penelitian post test only control group design. Penelitian dilakukan di bagian
Biomedik Laboratorium Fisiologi FKG Universitas Jember dan BPFK (Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan) Surabaya. Sampel penelitian adalah tikus wistar
jantan sebanyak 20 ekor, yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol hanya diberi pakan standar tikus
dan aquades steril, sedangkan kelompok perlakuan ditambahkan konsumsi ikan teri
dengan sondase oral/hari dengan dosis tiap harinya sebanyak 0,0062gr/hari x BB
tikus. Sediaan tersebut diperoleh dari 100gr ikan teri segar yang ditiriskan terlebih
dahulu, kemudian dihaluskan menggunakan blender dan disondasekan sesuai dosis
pada tikus selama 40 hari. Setiap ekor tikus pada masing-masing kelompok dihitung
berat badannya setiap satu minggu sekali sebagai panduan pemberian dosis sediaan
ikan teri. Perlakuan diberikan selama 40 hari, kemudian tikus pada seluruh kelompok
didekaputasi dan dilakukan pembedahan serta pengambilan sampel tulang mandibula.
Selanjutnya sampel dikeringkan, kemudian dilakukan foto rontgen. Foto rontgen
yang digunakan adalah foto toraks secara digital. Pengukuran densitas angulus
mandibula dari foto rontgen dengan densitometer. Satuan nilai densitas adalah optical
density (OD). Analisa data dengan uji Kolmogorov-Smirnov, uji Levene, dan uji-T.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara
densitas tulang mandibula kelompok yang tidak mengkonsumsi ikan teri dengan
kelompok yang mengkonsumsi ikan teri. Kelompok yang mengkonsumsi ikan teri
densitas tulang mandibula lebih tinggi daripada kelompok yang tidak mengkonsumsi
ikan teri. Peningkatan densitas tulang mandibula tikus wistar yang mengkonsumsi
ikan teri tersebut dimungkinkan karena komponen yang terdapat pada ikan teri.
Kandungan pada ikan teri yang dapat membantu metabolisme tulang antara lain
protein dan bermacam mineral (kalsium, dan fosfor). Protein dalam ikan teri dicerna
dalam lambung oleh pepsin, yang nantinya akan diserap dalam bentuk asam amino
dan dihantarkan ke darah, semua molekul asam amino masuk ke dalam sel, kemudian
asam amino bergabung satu sama lain dengan ikatan peptida untuk membentuk
protein sel yaitu kolagen. Kolagen memberikan elastisitas tulang dan kemampuan
untuk menyerap energi saat deformasi mekanik, selain itu kolagen bertanggung jawab
menjaga integritas struktur tulang. Kalsium dan fosfor dalam ikan teri diduga mampu
meningkatkan densitas tulang, karena pemberian tambahan kalsium meningkatkan
konsentrasi kalsium esktraselular. Peningkatan konsentrasi kalsium ekstraselular ini
dapat memicu mobilisasi dan proliferasi osteoblas sebagai sel pembentuk tulang.
Peningkatan ini meningkatkan sintesa matriks tulang.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan, diet tambahan ikan teri dapat
meningkatkan densitas tulang mandibula pada tikus wistar jantan. Dengan demikian,
ikan teri mungkin dapat digunakan sebagai makanan yang mampu meminimalisasi
terjadinya fraktur tulang dan pengeroposan tulang. Ditinjau dari manfaatnya yang
baik untuk tulang, khususnya tulang anak-anak yang diperlukan pada masa
pertumbuhan, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menciptakan makanan
berbahan dasar ikan teri yang disukai anak-anak (misalnya, nuget). | en_US |