Show simple item record

dc.contributor.advisorElfiah, Ulfa
dc.contributor.advisorSakinah, Elly Nurus
dc.contributor.authorAchfidawati, Hilda Nur
dc.date.accessioned2018-07-26T04:23:32Z
dc.date.available2018-07-26T04:23:32Z
dc.date.issued2018-07-26
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/86499
dc.description.abstractLuka bakar listrik berbeda dengan luka bakar lainnya karena memiliki mortalitas dan morbiditas yang tinggi serta menimbulkan berbagai macam komplikasi. Komplikasi yang timbul pada pasien luka bakar listrik disebabkan oleh adanya fenomena progressive tissue necrosis atau kerusakan jaringan yang luas dalam beberapa hari yang sulit diperkirakan luasnya. Progressive tissue necrosis salah satunya disebabkan oleh trombus yang dapat diperparah oleh berbagai macam hal, salah satunya adalah perubahan morfologi eritrosit. Pasien luka bakar, khususnya luka bakar derajat berat diketahui mengalami perubahan morfologi eritrosit yakni ditemukannya fragmentosit, tear drops sel, target sel, stomatosit, ekinosit, sferosit, dan mikrosit. Selain dapat memperparah terjadinya trombus, perubahan morfologi eritrosit dapat menyebabkan gangguan oksigenasi jaringan yang menyebabkan terjadinya hipoksia. Mengingat perubahan morfologi eritrosit yang berperan dalam patofisiologi luka bakar, maka perlu dilakukan tindakan untuk mengatasi perubahan morfologi eritrosit pada pasien luka bakar. Sebuah penelitian yang dilakukan di New York menunjukkan bahwa pemberian albumin dapat mengembalikan eritrosit ke bentuk normalnya pasca dipanaskan sampai suhu 48 derajat celcius. Dengan mengetahui perubahan morfologi eritrosit selama beberapa hari pasca luka bakar listrik dapat menjadi masukan bagi para klinisi dalam menentukan kapan sebaiknya pemberian albumin dilakukan. Selain mengalami perubahan morfologi eritrosit, pada pasien luka bakar juga terjadi penurunan jumlah eritrosit di sirkulasi. Penurunan jumlah eritrosit ini disebabkan oleh berbagai macam hal, diantaranya yaitu efek langsung pemanasan pada eritrosit, perdarahan dan stasis pada area luka bakar, anemia hemolitik, dan perdarahan pada saluran cerna. Mengetahui penurunan jumlah eritrosit membuat rencana penanganan syok lebih mudah. Tujuan penelitian ini adalah mengamati dan menganalis gambaran morfologi dan jumlah eritrosit tikus pasca paparan listrik sebesar 140 V selama 17 detik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental sebenarnya (true experimental laboratories) dengan rancangan penelitian post test only control group design. Sampel penelitian yang digunakan yaitu 24 ekor tikus yang terdiri atas satu kelompok kontrol dan lima kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan terdiri atas kelompok P1, P2, P3, P4, dan P5 yang dibedakan berdasarkan hari pengambilan sampel darah yakni hari ke-0, 3, 7, 10, dan 14 pasca paparan listrik sebesar 140 V selama 17 detik. Data hasil penelitian berupa jumlah eritrosit tikus yang kemudian dianalisis dengan uji One Way Anova dan morfologi eritrosit yang berupa bentuk, ukuran, dan warna eritrosit yang dinilai paling sedikit pada 1000 eritrosit lalu disajikan dalam bentuk persen dan dianalisis deskriptif. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan signifikan pada perubahan jumlah eritrosit tikus pasca paparan listrik sebesar 140 V selama 17 detik (p=0,110). Hasil analisis deskriptif morfologi eritrosit tikus menunjukkan bahwa terjadi perubahan morfologi eritrosit tikus pasca paparan listrik sebesar 140 V selama 17 detik yakni dari segi bentuk ditemukan lebih banyak fragmentosit, mikrosit, tear drops, stomatosit, dan target sel, dari segi ukuran ditemukan lebih banyak mikrosit, dan dari segi warna ditemukan lebih banyak eritrosit hipokrom.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectAnalisis Morfologien_US
dc.subjectJumlah Eritrositen_US
dc.subjectPasca Paparan Listriken_US
dc.titleAnalisis Morfologi dan Jumlah Eritrosit Tikus Pasca Paparan Listriken_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record