dc.description.abstract | Cacing tanah banyak diketahui manfaatnya bagi manusia. Cacing tanah yang paling banyak populasinya di pulau jawa adalah Pheretima javanica K. Cacing tanah jenis Pheretima javanica K. diketahui mengandung senyawa antibiotik yaitu Lumbricin 1 dan Streptomisin yang merupakan hasil metabolit sekunder dari bakteri simbion yang ada di dalam rongga perut cacing tanah Pheretima javanica K. Selain itu, cacing tanah Pheretima javanica K. juga diketahui mengandung enzim lumbrokinase yang berfungsi dalam pembekuan darah serta asam arakidonat yang berfungsi untuk menurunkan demam akibat adanya inflamasi dan juga mengandung protein tinggi. Cacing tanah sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat. Namun semua jenis obat, termasuk obat tradisional harus diteliti pengaruhnya. Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mudah terpapar senyawa racun. Pemeriksaan organ ginjal dapat dilakukan dengan mengetahui protein urin, morfologi ginjal dan gambaran histopatologi ginjal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh serbuk cacing tanah (Pheretima javanica K.) terhadap protein urin, morfologi ginjal dan gambaran histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus B.).
Pada penetilian ini dosis serbuk cacing tanah yang digunakan adalah 0,4 g/ Kg BB; 0,8 g/ Kg BB; 1,6 g/ Kg BB; dan 3,2 g/ Kg BB yang nantinya akan disondekan secara oral terhadap hewan uji dengan lama waktu 90 hari Adapun yang diamati pada penelitian ini yaitu protein urin, morfologi ginjal dan gambaran histopatologi ginjal. Pada penelitian ini, akan dilakukaan pemeriksaan kandungan protein urin pada saat sebelum dan sesudah pemberian serbuk cacing tanah (Pheretim javanica K.). Protein urin dipilih karena merupakan cara untuk mengetahui kondisi fisiologis ginjal yang sederhana dan populer hingga saat ini. Morfologi ginjal yang diamati pada penelitian ini yaitu meliputi bentuk ginjal, warna ginjal, dan permukaan ginjal. Sedangkan histopatologi ginjal yang diamati yaitu apakah ada degenerasi hidrofik, degenerasi lemak, dan nekrosis. Pembacaan histopatologi ginjal menggunakan bantuan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 X dan penentuan skor kerusakan histopatologinya menggunakan derajat skoring.
Hasil analisis pengaruh serbuk cacaing tanah (Pheretima javanica K). menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh serbuk cacing tanah (Pheretima javanica K.) terhadap protein urin tikus putih (Rattus nornegicus B.) karena dari hasil analisis profil kimia urin tikus jantan nilai sig.(2-tailed) nya lebih besar dari pada nilai α yaitu
0,082>0,05 dan pada hasil analisis profil kimia urin tikus betina nilai sig.(2-tailed) nya juga lebih besar dari pada nilai α yaitu 0,433>0,05. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa urin tikus jantan dan betina positif mengandung protein baik itu pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan karena dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti demam, kedinginan, stres emosi dan fisik, latihan fisik yang berat, serta lepasnya sel-sel tubulus yang tua. Kemudian hasil penelitian morfologi ginjal diketahui bahwa morfologi ginjal kelompok perlakuan memiliki kesamaan morfologi dengan kelompok kontrol yang artinya tidak ada pengaruh serbuk cacing tanah (Pheretima javanica K.) terhadap morfologi ginjal tikus putih (Rattus nornegicus B.). Kemudian pada hasil penelitian histopatologi ginjal tikus putih (Rattus nornegicus B.) diketahui bahwa histopatologi ginjal tikus kelompok kontrol dan perlakuan sama-sama tidak ditemukan adanya kerusakaan seperti degenerasi hidrofik, degenerasi melemak, dan nekrosis baik pada jenis kelamin jantan dan betina yang artinya serbuk cacing tanah (Pheretima javanica K.) tidak berpengaruh terahadap gambaran histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus B.). | en_US |