Pengaruh Pemberian Sari Buah Kurma terhadap Gambaran Histopatologi Hati Mencit yang Diinduksi Parasetamol
Abstract
Parasetamol merupakan obat analgesik dan antipiretik yang umum digunakan dalam resep dokter dosis tunggal maupun dikombinasikan dengan obat lainnya. Parasetamol relatif aman saat digunakan dalam rentang dosis terapi, tetapi dapat menyebabkan toksik saat digunakan pada dosis tinggi. Parasetamol dosis tinggi dapat menyebabkan keracunan dan nekrosis hati.
Hati dapat mengalami kerusakan yang disebabkan parasetamol. Parasetamol dalam rentang dosis terapi dengan bantuan enzim sitokrom P450 akan diubah menjadi N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI). NAPQI tersebut akan didetoksifikasi secara cepat dengan bantuan enzim glutation dalam hati. Glutation akan mengikat secara kovalen NAPQI, sehingga menghasilkan konjugat yang dapat diekskresikan melalui urin. Jika parasetamol digunakan dalam dosis tinggi, maka akan dihasilkan NAPQI yang berlebih. NAPQI tersebut melebihi glutation yang dihasilkan oleh tubuh,
sehingga menyebabkan kerusakan sel yang disertai nekrosis hati. Kerusakan sel hati akibat radikal bebas berupa NAPQI dapat dicegah dan ditanggulangi dengan senyawa antioksidan.
Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan adalah buah kurma. Buah kurma merupakan tanaman yang mudah didapatkan di Indonesia dalam bentuk manisan maupun sari buah kurma. Selain itu, sari buah kurma lebih praktis digunakan dan setiap orang dapat membuatnya sendiri. Buah kurma mengandung flavonoid, tanin, dan asam fenolat yang memiliki aktivitas antioksidan. sari buah kurma mempunyai kapasitas total antioksidan sebesar 752,9 μg AAE/g yang setara dengan
753 kali aktivitas antioksidan vitamin C. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sari buah kurma terhadap gambaran histopatologi hati mencit yang sebelumnya diinduksi parasetamol.
Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories. Sampel yang digunakan adalah mencit sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok normal, kontrol positif, kontrol negatif, sari buah kurma dosis 5, 10, dan 20 mL/kgBB. Pada hari pertama semua mencit diinduksi parasetamol kecuali kelompok normal yang hanya diberi CMC Na. Kemudian 24 jam setelah pemberian parasetamol, semua mencit diberi pelakuan selama 7 hari sesuai kelompoknya. kelompok normal dan negatif diberi air, kelompok positif diberi vitamin dosis 65 mg/kgBB, kelompok dosis diberi sari buah kurma dengan dosis 5,
10, dan 20 mL/kgBB. Selanjutnya pada hari ke 8 perlakuan, mencit dikorbankan untuk diambil organ hatinya. Kemudian dilakukan pengamatan histopatologi hati hewan coba dengan menggunakan model Scoring Histopathology Manja Roenigk.
Metode ini menggunakan kriteria penilaian pada tingkat kerusakan hati, yaitu normal, degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik, dan nekrosis.
Data yang diperoleh adalah nilai kerusakan histopatologi hati mencit yang dihitung menggunakan model Scoring Histopathology Manja Roenigk. Data tersebut dianalisis menggunakan Kruskall-Wallis. kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil analisis menunjukkan bahwa parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati (p = 0,02). Kerusakan tersebut dapat diperbaiki dengan pemberian vitamin C dan sari buah kurma. Hal ini menunjukkan bahwa sari buah kurma memberikan pengaruh terhadap gambaran histopatologi hati mencit yang diinduksi parasetamol. Sari buah kurma dengan 3 tingkatan dosis, yaitu 5, 10, dan 20 mL/kgBB memiliki efektivitas yang setara.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]