PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH MENGGUNAKAN AUTHENTIC ASSESSMENT SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 10 JEMBER TAHUN AJARAN 2009/2010
Abstract
Proses belajar mengajar di sekolah masih cenderung berpusat pada guru.
Siswa menjadi pasif karena jarang diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam
kegiatan pembelajaran. Selama ini guru biasanya menilai siswa hanya berdasarkan
nilai kognitif saja. Nilai aktivitas siswa hanya dijadikan sebagai nilai tambah saat
penilaian di raport. Tidak ada rumus tertentu untuk menilai siswa secara menyeluruh
baik dari segi kognitif maupun segi afektif dan psikomotorik.
Pada penelitian ini diterapkan model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) teknik make a match menggunakan authentic assessment dengan tujuan: (1)
untuk menelaah penerapan cooperative learning teknik make a match, (2) untuk
menelaah aktivitas siswa dan guru selama dilakukan pembelajaran dengan model
cooperative learning teknik make a match menggunakan authentic assessment dan
(3) untuk menelaah ketuntasan hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran
dengan model cooperative learning teknik make a match menggunakan authentic
assessment sub pokok bahasan kubus dan balok.
Subyek dalam penelitian ini adalah 37 siswa kelas VIIIF di SMP Negeri 10
Jember. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian adalah observasi, dokumentasi, tes dan
wawancara. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
setiap siklus mengobservasi kegiatan siswa dan kegiatan guru. Penelitian ini
dilaksanakan selama 2 minggu. Siklus I dilaksanakan tanggal 5-7 April 2010 dan
siklus II tanggal 19-20 April 2010 dan 22 April 2010.
ix
Penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) teknik
make a match terdiri dari tiga fase pembelajaran yaitu pendahuluan, kegiatan
kelompok/kegiatan inti dan formalisasi. Kendala yang dihadapi antara lain siswa
selama pembelajaran yaitu siswa malu dan masih belum bisa beradaptasi dengan
teman kelompoknya, siswa tidak bisa mengerjakan soal pada LKS, siswa kurang teliti
dalam mengerjakan soal tes dan perlu dilakukan pembagian kartu pada siswa harus
berbeda dalam setiap pertemuan. Hal ini dilakukan agar siswa mengerjakan kartunya
terlebih dahulu sebelum mencari pasangannya. Solusi yang diambil untuk mengatasi
kendala tersebut yaitu siswa lebih dimotivasi dan dibimbimbing dalam berdiskusi
dengan kelompoknya dan dilakukan perencanaan pembagian kartu yang berbeda
untuk setiap pertemuan.
Analisis hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa
dan aktivitas guru. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan persentase rata-rata
aktivitas siswa dan aktivitas guru tiap siklus. . Pada siklus I, rata-rata aktivitas siswa
sebesar 80,61% dan pada siklus II menjadi 86,66%. Persentase aktivitas guru pada
siklus I pertemuan I sebesar 89,74%, pada siklus I pertemuan II sebesar 94,44%, pada
siklus II pertemuan I sebesar 97,22% dan pada siklus II pertemuan II sebesar 100%.
Ini menunjukkan bahwa siswa telah mampu melaksanakan suatu diskusi dalam
pembelajaran. Guru/peneliti juga telah mampu melakukan pendekatan dan bimbingan
kepada siswa dalam kelompok untuk aktif dan berpartisipasi dalam kelompok.
Ketuntasan hasil belajar siswa dinilai menggunakan authentic assessment
dengan sumber yaitu proyek, PR, LKS, tes akhir, aktivitas individu, aktivitas
kelompok dan nilai teman sendiri. Dengan 60% skor kognitif yang terdiri dari proyek,
PR, LKS dan dua kali tes akhir ditambah 40% skor afektif dan psikomotorik yang
terdiri dari aktivitas individu, aktivitas kelompok dan nilai teman sendiri. ketuntasan
klasikal kelas VIIIF mengalami peningkatan. Persentase ketuntasan klasikal siklus I
sebesar 86,49% dan siklus II sebesar 91,89%. Ini menunjukkan persentase ketuntasan
secara klasikal meningkat sebesar 5,4%.