PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI STRATEGI PEMBERDAYAAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2010
Abstract
Strategi pemberdayaan dalam pembangunan semakin marak dilakukan pada
upaya pengentasan kemiskinan baik di tingkat lokal, regional, maupun skala nasional.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan merupakan
salah satu program pembangunan level besar atau skala nasional yang dicanangkan
oleh pemerintah pusat untuk mempercepat pengentasan kemiskinan melalui strategi
pemberdayaan. Pada tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Jember menerima bantuan
PNPM Mandiri Perdesaan untuk mempercepat pengentasan kemiskinan melanjutkan
program pengembangan kecamatan (PPK) yang dinilai berhasil pada pengentasan
kemiskinan sejak implementasinya pada tahun 2003. Hingga tahun 2010, dana yang
telah dialokasikan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten
Jember mencapai Rp.157,75 M dan apabila dihitung sejak tahun 2003, maka telah
menghabiskan dana sebesar Rp. 168,25 M dengan lokasi sasarannya di 26 kecamatan
207 desa. Namun menjadi sangat krusial, setelah proyek tersebut berlangsung dalam
kurun waktu yang cukup lama dengan alokasi dana yang sangat besar, jumlah
masyarakat miskin di Kabupaten Jember pada tahun 2010 justru masih tinggi bahkan
menduduki tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa Timur yaitu sebanyak 237.700 jiwa.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu, melalui strategi pemberdayaan yang
dilakukan dalam PNPM Mandiri Perdesaan, cenderung belum mampu membantu
masyarakat miskin dengan lebih konstruktif sehingga tidak mampu mengentaskan
kemiskinan dengan lebih efektif. Demikian, tujuan penelitian ini diantaranya: (1)
mengetahui efektivitas strategi pemberdayaan yang dilakukan dalam PNPM Mandiri
Perdesaan, (2) mengetahui kemandirian masyarakat miskin dalam mengatasi masalah kemiskinan melalui serangkaian program, (3) mengetahui faktor-faktor yang dominan
mempengaruhi masyarakat miskin dalam melakukan mediasi masalah kemiskinan.
Penelitian dilakukan melalui panggabungan metode yaitu kerja kualitatif di
lokasi sampling kuantitatif. Penentuan lokasi penelitian lebih didasarkan pada kasus
pelaksanaan program dibandingkan desanya, sehingga kegiatan penelitian dilakukan
di Desa Sukowiryo dan Desa Suko Jember Kecamatan Jelbuk, Desa Arjasa dan Desa
Sumberdanti Kecamatan Sukowono. Pengumpulan data dilakukan melalui diskusi,
wawancara, dokumentasi, observasi, dan survey informan secara terfokus. Informan
penelitian diidentifikasi berdasarkan relevansi dan kompetensinya atas kasus dan
masalah penelitian. Kegiatan diskusi, wawancara, dan survey dilakukan terhadap 79
orang yang terdiri dari 61 informan kunci dan 18 informan pendukung.
Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa; 1) idealitas partisipasi masyarakat
miskin lebih rendah dibandingkan masyarakat yang tidak miskin dan kelembagaan
dalam pengelolaan pembangunan serta indikasi keberlanjutan mekanisme kegiatan
program dengan sistem pembangunan daerah yang masih dalam taraf perencanaan. 2)
Tidak semua masyarakat miskin mampu melakukan akses program khususnya pada
kegiatan ekonomi (SPP dan UEP), dan masyarakat miskin yang sudah mendapatkan
bantuan pinjaman modal usaha melalui SPP dan UEP, belum sepenuhnya mampu
mencapai tingkat kesejahteraan sesuai dengan yang telah ditetapkan. 3) faktor-faktor
yang dominan berpengaruh selama pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu;
komitmen dan kinerja pelaku utama program, pola pikir dan kemampuan masyarakat
miskin, psiko sosial, pola struktural dan kultural dalam kehidupan masyarakat miskin.
Berdasarkan dari hasil penelitian ini maka, peneliti menyarankan supaya
dilakukan reformulasi strategi pemberdayaan yang mampu mengekselerasi pola
struktural, kultural, dan proses sosial yang lebih mengedepankan nilai-nilai perilaku,
moralitas, serta konsisten pada peningkatan kapasitas masyarakat miskin berdasarkan
kearifan, budaya dan keunggulan lokal dengan lebih mendasar, sehingga lebih cepat
dan efektif mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat miskin itu sendiri
secara berkelanjutan.