DETERMINAN PERILAKU PENENTUAN ORIENTASI SEKSUAL PADA LESBIAN DI KABUPATEN JEMBER
Abstract
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis yang berusaha memahami mengenai makna kejadian, gejala yang timbul, dan interaksi individu, serta situasi tertentu pada kehidupan sehari-hari mengenai lesbian di Kabupaten Jember sebagai sasaran utama. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan metode snowball, yaitu suatu metode yang digunakan peneliti bilamana sampel jumlahya terbatas dalam suatu populasi. Data dikumpulkan melakui wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan metode komparatif konstan yang dilakukan secara terus-menerus sepanjang penelitian berlansung, sehingga didapatkan komparasi fakta atau realitas yang benar-benar valid.
viii
Hasil penelitian menyatakan bahwa Sebagian besar informan berusia sekitar 19-21 tahun, rata-rata informan menjadi seorang lesbian dimulai sekitar 7-9 tahun yang lalu. Keyakinan normatif terkait masih adanya diskriminasi, sifat tertutup masyarakat akan orientasi seksual menyimpang, dan tujuan pemenuhan kebutuhan orientasi seksual yang mengarah pada kehidupan lesbian, membuat informan memilih jati diri sebagai lesbian. Sedangkan peran orang terdekat seperti orang tua dan kawan sebaya memiliki pengaruh besar dalam menentukan orientasi seksual seorang lesbian. Sedangkan pemenuhan kebutuhan heteroseksual yang belum terpenuhi melalui hubungan romantis dan gaya pengasuhan orang tua, membuat informan memilih kehidupan lesbian. Terbentuknya jati diri lesbian, disebabkan adanya pemenuhan kebutuhan orientasi heteroseksual yang belum terpenuhi dan masih timbulnya diskriminasi melalui budaya masyarakat yang belum memahami lesbian. Sedangkan munculnya intensi menjadi heteroseksual timbul, disebabkan adanya pemahaman agama terkait lesbian dan peran hubungan romatis.
Saran yang dapat diberikan peneliti dalam membentuk jati diri seorang lesbian menjadi heteroseksual kembali adalah Diharapkan seorang lesbian untuk lebih mendekatkan diri kepada agama dan mengurangi atau membatasi intensitas bertemu dengan lingkungan lesbian untuk memperoleh kawan sebaya beorientasi heteroseksual yang dapat memotivasinya, dan meningkatkan keterbukaan terhadap masyarakat. Dibantu dengan pihak dinas kesehatan dan dinas pendidikan untuk melakukan usaha konseling dan pendampingan terhadap seseorang yang menjadi lesbian agar dapat kembali memulihkan orientasi seksualnya. Diperlukan juga pendidikan kesehatan reproduksi terutama terkait LGBT pada usia remaja sekolah.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]