| dc.description.abstract | Tanaman  sambiloto  (Andrographis  paniculata  Ness.)  merupakan  tanaman 
perdu  yang  biasa  digunakan  oleh  masyarakat  untuk  dijadikan  obat  herbal,  karena 
efektif, efisien, aman, dan ekonomis. Kandungan bahan aktif di dalam daun, batang, 
bunga,  dan  akar  tanaman  sambiloto  terdiri  dari  zat  andrographolid,  alkane,  keton, 
aldehid, asam kersik, dammar, kalium, kalsium, natrium, minyak atsiri (essential oil), 
laktone,  dan    flavonoid  (Ivan  dan  Lukito,  2003:13).  Andrographolid  merupakan 
senyawa  diterpenoid  laktone  yang  merupakan  komponen  utama  dalam  sambiloto 
(Madjid, 2004). Sambiloto berkhasiat sebagai antiradang (antiinflamasi), antimalaria, 
penghambat  reaksi  imunitas  (imunosupresi),  penghilang  rasa  nyeri  (analgesik), 
pereda  demam  (antipiretik),  penghilang  panas  dalam,  penghilang  bengkak,  penawar 
racun  (detoksifikasi),  antikanker,  antihistamin  (antibatuk)  dan  antiinfeksi  (Setyanto, 
2010).  Infeksi  merupakan  penyakit  yang  disebabkan  oleh  mikroba,  salah  satunya 
bakteri.  Mikroba  tidak  hanya  terdapat  di  lingkungan,  tetapi  juga  menghuni  tubuh 
manusia (Pelczar dan Chan, 1988:545). 
Penelitian  ini  dilaksanakan  di  Laboratorium  Mikrobiologi  Fakultas  MIPA 
Universitas  Jember  pada  tanggal  29  November  2010  sampai  31  Desember  2010. 
Penelitian ini merupakan penelitian in vitro dengan menggunakan metode difusi agar 
dengan sumuran dengan kontrol positif tetrasiklin 0,01% dan kontrol negatif akuades 
+  tween  80  1%.  Konsentrasi  yang  digunakan  adalah  konsentrasi  5%,  10  %,  15%, 
20%,  25%,  30%,  35%,  40%,  45%,  dan  50%.  Rancangan  percobaan  penelitian  ini 
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan. Analisis data 
dengan One-Way ANOVA menggunakan SPSS versi 13 for Windows, untuk menguji perbedaan diantara semua pasangan perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan 
α=0,05. 
Berdasarkan  hasil  penelitian  tersebut  diperoleh  hasil  bahwa  ekstrak  etanol 
daun  sambiloto  (Andrographis  paniculata  Ness.)  mempunyai  Konsentrasi  Hambat 
Minimum  (KHM)  sebesar  0,7%  untuk  pertumbuhan  bakteri  Bacillus  subtilis, 
sedangkan untuk  bakteri  Escherichia coli, Salmonella typhi,  dan  Shigella dysentriae 
pada konsentrasi  2%. Berdasarkan uji ANOVA (Tabel 4.10, Tabel 4.12, Tabel 4.14, 
dan  Tabel  4.16),  menunjukkan  bahwa  perbedaan  konsentrasi  ekstrak  etanol  daun 
sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) berpengaruh signifikan (P=0,00) terhadap 
pertumbuhan  bakteri  Bacillus  subtilis,  Escherichia  coli,  Salmonella  typhi,  dan 
Shigella dysentriae. 
Berdasarkan  hasil  deskriptif  ANOVA  (Tabel  4.19),  menunjukkan  bahwa 
bakteri  Bacillus  subtilis  mempunyai  rata-rata  luas  hambatan  pertumbuhan  sebesar 
0,9942  cm
2
,  bakteri  Escherichia  coli  sebesar  0,7825  cm
2
,  bakteri    Salmonella  typhi 
sebesar  0,7189  cm
2
,  dan  bakteri  Shigella  dysentriae  sebesar  0,6444  cm
2
.  Sehingga 
berdasarkan  dari  nilai  rata-rata  hambatan  pertumbuhan  bakteri  di  atas  dapat 
disimpulkan  bahwa  daya  hambat  ekstrak  etanol  daun  sambiloto  (Andrographis 
paniculata  Ness.)  lebih  efektif  menghambat  pertumbuhan  bakteri  Bacillus  subtilis 
daripada bakteri Escherichia coli,  Salmonella typhi,  dan Shigella dysentriae, dengan 
nilai  rata-rata  luas  hambatan  pertumbuhan  bakteri  Bacillus  subtilis  sebesar  0,9942 
cm
2
.  
Kesimpulan  dari  hasil  analisis  data  dan  pembahasan,  bahwa  ekstrak  etanol 
daun  sambiloto  memiliki  daya  hambat  terhadap  pertumbuhan  bakteri  Bacillus 
subtilis, Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Shigella dysentriae. | en_US |