Show simple item record

dc.contributor.advisorMaulina, Wenny
dc.contributor.advisorSupriyanto, Edy
dc.contributor.authorAprianto, Muhamad Subhan
dc.date.accessioned2018-05-04T02:15:18Z
dc.date.available2018-05-04T02:15:18Z
dc.date.issued2018-05-04
dc.identifier.nimNIM 131810201011
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/85674
dc.description.abstractMembran merupakan suatu selaput semipermeabel berupa lapisan tipis yang berada diantara dua fasa dengan karakter berbeda. Salah satu kendala pengembangan teknologi membran adalah bahan baku utama dalam fabrikasi membran. Pemilihan limbah jaring benang nilon sebagai bahan baku pembuatan membrane, karena bahan ini mudah diperoleh khususnya di kawasan pesisir Pantai Puger, Kabupaten Jember. Nilon memiliki stabilitas termal dan kekuatan mekanik yang baik jika berinteraksi dengan unsur karbon dibandingkan dengan polimer lainnya. Unsur karbon pada arang dapat dibuat dari bahan baku ampas tebu yang merupakan limbah pertanian organik dari hasil pengolahan gula tebu di Pabrik Gula Semboro, Kabupaten Jember. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan sintesis membran komposit nilon-arang menggunakan bahan dari limbah jaring benang nilon dan ampas tebu, sehingga diharapkan menjadi solusi untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Sintesis membran komposit nilon-arang yang dihasilkan, kemudian dilakukan karakterisasi Fourier Transform Infrared (FTIR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah jaring benang nilon dan ampas tebu pada sintesis membran komposit nilon-arang terhadap spektrum gugus fungsi yang dihasilkan menggunakan karakterisasi FTIR. Kegiatan penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: tahap pembuatan arang aktif, tahap sintesis membran, dan tahap karakterisasi membran. Secara umum tahap pembuatan arang aktif ampas tebu terdiri dari proses karbonisasi dan proses aktivasi. Tahap sintesis membran dilakukan dengan variasi fraksi massa arang aktif ampas tebu terhadap limbah jaring benang nilon sebesar 7% (Sampel B1), 8% (Sampel B2), 10% (Sampel B3) dan 11% (Sampel B4) serta membran nilon sebagai kontrol (Sampel A). Sedangkan tahap karakterisasi Fourier Transform Infrared (FTIR) digunakan untuk mengetahui spektrum gugus fungsi. Berdasarkan hasil karakterisasi FTIR, penambahan karbon dari arang aktif ampas tebu menyebabkan pergeseran bilangan gelombang dan perubahan puncak intensitas serapan dibandingkan dengan polimer aslinya (membran nilon Sampel A). Intensitas serapan paling besar terjadi pada gugus fungsi primary amide C=O stretching dari limbah jaring benang nilon, karena adanya tumpang tindih (overlap) dengan gugus fungsi primary amide C=C stretching dari arang aktif ampas tebu pada bilangan gelombang sekitar 1600 cm-1. Secara keseluruhan, membran komposit nilon-arang dengan fraksi massa 7% memiliki intensitas serapan yang paling besar dibandingkan dengan membran komposit nilon-arang lainny.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectJARING BENANG NILONen_US
dc.titleKARAKTERISASI FTIR MEMBRAN KOMPOSIT NILON-ARANG BERBAHAN DASAR LIMBAH JARING BENANG NILON DAN AMPAS TEBUen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record